Thariq As-Shaidani tiba dan bicara tiba-tiba saat gerombolan orang musyrik berkumpul di rumah Abu Jahal. "Betapa praktis membunuh Muhammad seandainya kalian setuju dengan omonganku."
Sorot mata orang-orang tertuju pada Thariq. Penasaran dengan gagasan tipu daya cowok satu ini.
"Muhammad tengah bersandar di dinding Ka'bah. Kalau saja salah seorang dari kita pergi membawa kerikil besar kemudian melemparkannya dari atas Ka'bah, Muhammad niscaya tewas seketika," papar Thariq.
Syihab, salah satu akseptor dalam persekongkolan jahat itu pun berdiri dan berucap, "Jika kalian mengizinkan, niscaya saya akan membinasakan Muhammad."
Syihab beraksi. Ia naik ke atas Ka'bah sambil membawa kerikil yang sangat besar yang lantas ia hempaskan ke bawah sempurna ke arah badan dan kepala Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
"Blek!"
Dalam kitab Al-Aqthâf ad-Daniyyah fî Mawâ'idlil Ushfûriyyah dijelaskan, kerikil tersebut tak eksklusif terjun ke tanah. Tiba-tiba saja benda berat itu menjauh dari dinding Ka'bah dan tertahan di udara. Baru sehabis Rasulullah bangun dari lokasi sandarnya, kerikil itu patuh pada aturan gravitasi bumi, jatuh kemudian menggelinding ke daerah asalnya.
Syihab yang menyaksikan bencana gila itu hanya bisa melongo. Nyaris tak percaya dengan bencana di depan matanya. Seketika ia turun dari atas Ka'bah kemudian menghampiri insan suci itu. Rasulullah tidak marah, bahkan menyambut hangat Syihab yang menyatakan diri masuk Islam. Thariq As-Shaidani, inisiator percobaan pembunuhan Nabi pun turut jadi muallaf, berikut kawan-kawannya yang lain.
Para anggota geng musyrikin Quraisy tersebut beruntung, kala hati mereka membatu dan dipenuhi kebencian terhadap Islam yang mengatakan peradaban luhur, ada mukjizat yang bisa melunakkan hati keras mereka. Persekongkolan jahat menjadi tak berkutik di depan fenomena menakjubkan di luar aturan alam dan batas kemampuan manusia.
Yang jauh lebih beruntung -dan tentu berat- bekerjsama yaitu mereka yang hidup di zaman modern tetapi mau beriman dan menempuh jalan Islam meski tanpa pernah bertatap muka dengan Nabi atau menyaksikan bencana adikodrati.
Dikatakan berat alasannya yaitu di bahu mereka bertengger dua tanggung jawab sekaligus: konsisten terhadap keyakinan Islam dan memperlihatkan Islam ke publik sebagai agama yang memang pantas dipeluk melalui sikap dan sikap yang beradab. (Mahbib)
Sumber: NU Online
Sumber: NU Online