Janji Seorang Suami



Istriku...
Ketika pertama kali kuikatkan niat hatiku dengan keberanian untuk meminangmu, menyebabkan dirimu bab dari diriku,
Maka dikala itu pula telah kumantapkan dalam hatiku bahwa kaulah yang kupilih untuk mendampingiku menjalani hidupku.

Istriku...
Ketika hari itu saya mengucapkan ikrar pernikahan, menyebutkan jumlah saya menebusmu,
Aku tahu semenjak itulah saya harus bisa menjadi seorang yang bertanggung jawab penuh kepadamu,
Bahwa saya kini yang mengambil posisi ayahmu sebagai pelindungmu, posisi ibumu sebagai curahan hatimu.

Istriku...
Sungguh saya ingin menjadikanmu bagai Khadijah,
Yang menerima curahan hati dari Sang Tauladan.
Sungguh saya ingin menjadikanmu menyerupai Khadijah,
Yang tak ada dua hingga balasannya engkau harus tiada.
Percayalah istriku, kau perempuan dari dikala saya meminang, mengikatkan niat dan keberanianku.

Istriku...
Terima dan pahamilah segala kekurangan dan kelebihanku, dan akupun akan mendapatkan segala kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirimu.
Karena hakikat janji nikah itu saling melengkapi kekurangan dan kelebihan dua manusia dikala bersatu.

Istriku...
Bismillahi tawakaltu 'alallah, kita mulai lembaran hidup baru.
Menanti calon mujahid dan mujahidah yang akan Yang Mahakuasa titipkan di rahimmu.

Bersabarlah wahai istriku...
Ketika keadaan mendadak berubah tak menyerupai biasa.
Engkau tahu jalan hidup tak selamanya sesuai dengan harapan.
Tak selamanya kebahagiaan akan kita rasa. 
Kadang kesedihan dan frustasi niscaya menghampiri.
Karena Yang Mahakuasa telah menuliskan semuanya.

Bukankah Yang Mahakuasa Ta’ala telah berfirman:
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu yaitu gampang bagi Allah.

(Kami jelaskan yang demikian itu) agar kau jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan agar kau jangan terlalu besar hati terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu." (QS. Al-Hadiid : 22-23)

Ketika engkau mulai merasa lelah dan bimbang, tiba dan bersandarlah di pundakku.
Agar sanggup kukisahkan lagi sirah Nabi dan Khadijah yang sanggup menyemangatimu.
Dan bisa kulihat lagi senyum manis di wajahmu. 
Karena senyuman yaitu lengkungan yang sanggup meluruskan segalanya.

Semoga rumah tangga kita Sakinah Mawaddah Wa Rahmah.

Aamiin Yaa Rabbal'aalamiin