Akhlak Lebih Mulia Daripada Ilmu

Hujjatul Islam al Imam al-Ghazali di dalam kitab Ihya’ Ulumiddin menyatakan bahwa akal pekerti yang baik (akhlakul karimah) sanggup terbentuk dari tiga faktor, yaitu:
1. Watak (thob’an)
Watak insan asal mulanya terbentuk dari bawaan semenjak lahir (fitrah) atau turunan kedua orang tuanya. Dalam hal ini, orang renta sangat berperan dalam pembentukan aksara seorang anak. Pepatah mengatakan,”buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.” Maksudnya, tabiat seorang anak tidak akan berbeda jauh dari orang tuanya.

2. Kebiasaan (i’tiyadan)
Ketika seseorang melaksanakan kebiasaan yang baik, maka orang tersebut akan memiliki adab yang baik juga. Sebaliknya, kalau melaksanakan kebiasaan yang tidak baik, adab orang tersebut juga tidak baik. Sebuah maqolah mengatakan:

اَلْعَادَةُ إِذَا غَرِزَتْ صَارَتْ طَبِيْعَةً
“Kebiasaan yang dilakukan terus menerus akan menjadi sebuah tabiat (karakter).”
3. Pembelajaran (ta’alluman)
Akhlak seseorang sanggup terbentuk dengan siapa beliau berteman dan berinteraksi. Apabila ia berinteraksi dengan orang yang baik, ia akan menjadi baik. Begitu juga sebaliknya, sebab ia akan menerima pembelajaran dari orang-orang yang ada di sekelilingnya, yang pada kesudahannya akan besar lengan berkuasa pada karakeristik orang tersebut.