Dalil Memakai Tasbih Dalam Berdzikir

Tasbih dalam bahasa Arab disebut sebagai subhah atau misbahah, dalam bentuknya yang kini (untaian manik-manik), memang merupakan produk ‘baru’. Sesuai namanya tasbih dipakai untuk menghitung bacaan tasbih (subhanallah), tahlil (la ilaha illallah), dan sebagainya. Untuk zaman Rasulullah saw. untuk menghitung bacaan dalam berdzikir dipakai jari-jari, kerikil-kerikil, biji-biji kurma atau tali-tali yang disimpul.
رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم يعقد التسبيح بيمينه (رواه أبو داود)
"Pernah kulihat Nabi saw menghitung bacaan tasbih dengan tangan kanannya." (HR. Abu Daud)
Karena Rasulullah Saw tidak secara eksklusif mencontohkan praktik penggunaan tasbih dalam berdzikir menyerupai yang banyak kita jumpai di masyarakat, maka bagi golongan yang anti tehadap bid'ah mengunakan "tema" tasbih sebagai salah satu dari aneka macam bid'ah yang dilakukan oleh umat Islam. Karena bid'ah maka mereka ada yang menghukumi haram memakai tasbih.
Berikut dalil-dalil penggunan tasbih bukanlah bid'ah sebagai media berdzikir kepada Allah:
1. Hadits Saad bin Abi Waqqash
حديث سيدنا سعد بن أبي وقاص رضي الله عنه. وفيه : "أنه دخل مع رسول الله صلى الله عليه وسلم على امرأة وبين يديi. فقال: ألا أخبركِ بما هو أيسر عليك من هذا وأفضل؟ سبحان الله عدد ما خلق في السماء، وسبحان الله عدد ما خلق في الأرض، وسبحان الله عدد ما بين ذلك، وسبحان الله عدد ما هو خالق، والله أكبر مثل ذلك، والحمد لله مثل ذلك، ولا إله إلا الله مثل ذلك، ولا حول ولا قوة إلا بالله مثل ذلك"
رواه أبو داود في : "السنن" (4/366) والترمذي في : "الجامع" (برقم: 3568) وقال : "هذا حديث حسن غريب" . وصححه الحاكم في : "المستدرك" (1/547) وجماعة. وقال الحافظ ابن حجر رحمه الله تعالى في : "نتائج الأفكار" (1/81) : "هذا حديث حسن" ا.هـ.
Hadits dari Sa’ad bin Abi Waqqash ; bergotong-royong dia bersama Rasulullah pernah menjumpai seorang wanita yang sedang berdzikir dengan biji kurma atau kerikil yang berada di kedua tangannya. Maka Rasulullah bersabda: “Akan kuberitahu kepadamu perihal sesuatu yang lebih gampang dan lebih utama dari hal ini”. Kemudian dia bersabda: “Yaitu (engkau mengucapkan) Subhanallah sebanyak apa yang telah Tuhan ciptakan di langit, (ditambah dengan) sebanyak apa yang Tuhan ciptakan di bumi, (dan ditambah dengan) sebanyak apa yang telah Tuhan ciptakan diantara keduanya, (kemudian ditambah lagi dengan) jumlah-Nya sebagai pencipta. Kemudian mengucapkan Alhamdulillah, Allahu Akbar, Laa ilaaha illallah, dan Laa haula walaa quwwata illa billah menyerupai itu.”
Syaikh Ali al Qari berkata didalam kitab المرقاة : hadits ini shahih menurut taqrir Nabi Saw terhadap wanita tsb. Sama saja biji kerikil tasbih dalam ikatan benang atau kerikil krikil biasa yg terpisah pisah. Begitu juga Ibnu Allan dalam kitab Syarhul Adzkar (1/13) dengan pendapat sama menyerupai Syaikh Ali Al Qori' .
2. Atsar Para Sahabat :
Ibnu Hajar Al Asqalani berkata: Riwayat perihal penggunaan tasbih dengan memakai kerikil atau kurma, banyak berasal dari para sobat dan Ummul Mu'minin, bahkan Rasulullah melihat mereka memakai tasbih dan mendiamkannya . ( المرقاة : ٢/٣٦٣ ) .
Di antaranya :
1. Riwayat Abu Nuaim dalam kitab Hilyatul Auliya' .
حدثنا أحمد بن جعفر بن حمدان ثنا عبدالله بن أحمد بن حنبل ثنا الحسن بن الصباح ثنا زيد بن الحباب عن عبدالواحد بن موسى قال أخبرني نعيم بن المحرر بن أبي هريرة عن جده أبي هريرة أنه كان له خيط فيه ألفا عقدة فلا ينام حتى يسبح به  (حلية الأولياء لابي نعيم الحلية الاولياء - ج 1 / ص 383)

“Diriwayatkan bahwa Abu Hurairah mempunyai tali yang terdiri dari 1000 ikatan (bundelan). Beliau tidak tidur hingga bertasbih dengannya.” (Abu Nuaim, Hilyat al-Auliya’ 1/383)

2. Dari Ibnu Saad dalam kitab الطبقات , Dari Fatimah anaknya Husein bin Ali bin Thalib, Adalah dia bertasbih dengan ikatan benang. Imam Al Kanawi Rahimahullah berkata dalam kitab Majmuaturrasail: 1/13 
Maka dua Atsar di atas menunjukkan bahwa di bolehkannya bertasbih memakai kerikil yg berangkai menyerupai kini , atau kerikil terpisah pisah . tak ada bedanya juga antara kerikil tasbih dengan benang yg di ikat. alasannya ialah itu semua hanya merupakan alat saja .
Para Imam madzhab tidak melarang memakai tasbih dikala berzikir.
1. Imam As Sayuti berkata dalam kitab Al Hawi 2/6 : Tidak ada yang melarang memakai tasbih baik kalangan Salaf maupun Khalaf.
2. Imam Nawawi berkata dalam kitab Tahdzibul Asma' wallughat :
Tasbih: kerikil kecil yang dirangkai, selalu di pakai dlm berdzikir oleh Ahli Ibadah dan orang shaleh. Bahkan Imam Assayuti berkata Sebahagian besar ulama salaf maupun khalaf menggunakannya dan tidak ada yang memakruhkannya apalagi yang mengharamkannya.
3. Imam Ali Al Qari' berkata dlam kitab المرقاة شرح المشكاة : yang menyampaikan bahwa penggunaan tasbih ialah bid'ah pendapat ini aneh dan mengada ngada.
Bahkan Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah dalam kitab Majmu' fatawa 22/506:
وأما التسبيح بما يُجْعَل في نظام من الخرز ونحوه فمن الناس من كرهه، ومنهم من لم يكرهه، وإذا أُحْسِنَتْ فيه النية فهو حَسَنٌ غير مكروه" ا.هـ
"Adapun tasbih yang terbuat dari kerikil yang di rangkai, sebagian mereka ada yang memakruhkannya sebagiannya tidak. Kalau baik niatnya maka menjadi ibadah yang berpahala hukumnya tidak makruh."
Memang ada sementara ulama bahwa memakai jari-jemari lebih utama daripada memakai tasbih. Pendapat ini didasarkan atas hadits Ibnu Umar yang sudah disebutkan di atas. Namun dari segi maknanya (untuk sarana menghitung), kedua cara itu tidaklah berbeda.
Dari sisi lain, untuk menghitung tasbih dan tahlil, sebenarnya tasbih mempunyai manfaat utamanya bagi kita yang hidup di zaman sibuk ini. Dengan membawa tasbih, menyerupai kebiasaan orang-orang Timur Tengah (di sana tasbih merupakan assesori macam cincin dan kacamata saja), sebenarnya kita sanggup selalu atau sewaktu-waktu diingatkan untuk berdziki mengingat Allah. Artinya, setiap kali kita diingatkan bahwa yang ada di tangan kita ialah alat untuk berdzikir, maka besar kemungkinan kita pun kemudian berdzikir. Wallahu a'lam bish shawwab.