Rencana kemendikbud untuk mengganti media pembelajaran buku dengan buku elektronik tablet yang dinamakan Sabak Elektronik (E-Sabak).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana untuk memanfaatkan tablet sebagai pengganti buku pelajaran. Mendikbud, Anies Baswedan mengatakan bahwa sistem gres dalam pembelajaran di Indonesia ini diberi nama e-Sabak atau elektronik sabak.
Sabak yakni merupakan media untuk menulis yang dipakai para pelajar Indonesia puluhan tahun lalu.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan berencana menggunakan tablet sebagai alat bantu kegiatan berguru mengajar. Buku untuk menulis akan tetap menggunakan kertas, tablet hanya akan dipakai sebagai media penyimpan materi pelajaran.
Menyangkut acara pembelajaran, lanjut Anies, ada lebih dari 50 juta anak bersekolah di seluruh Indonesia. Mereka diajar oleh lebih dari tiga juta guru. Menurut Anies, buku yakni alat bimbing yang penting dalam kegiatan berguru mengajar.
"Salah satu tujuan manfaat dari penggunaan tablet yang dinamai E-Sabak ini yakni untuk menekan biaya. E-Sabak diadopsi dari media pembelajaran sabak yang dulu digunakan masyarakat untuk menghemat kertas," ujar Anies di Kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta menyerupai dilansir dari okezone.com.
Penyebab alasan buku pelajaran diganti dengan tablet sabak elektronik (e-Sabak) yakni sebagai alternatif pengganti buku pelajaran yakni efisiensi distribusi buku ke sekolah. Diungkapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, biaya pengiriman buku baik di wilayah Jawa maupun luar Jawa sangat besar.
Penggunaan Sabak Elektronik Bentuk Efisiensi Distribusi Buku
Menteri Anies mengatakan, setiap anak akan mendapat satu buah e-Sabak. Di dalamnya terdapat semua materi yang akan dipelajari. Namun demikian, kata dia, penggunaan e-Sabak yang berbentuk peranti tablet, akan dilakukan secara bertahap. Pertama, tablet ini gres akan menjadi buku elektronik saja. “Sehingga tablet itu pemanfaatannya masih sebatas sebagai buku atau e-book,” katanya.
Mendikbud mengatakan, setiap unit sabak yang diterima siswa tidaklah mereka beli. Ada jasa yang menunjukkan mereka derma penggunaan. "Jadi jikalau ada dilema pun pemberi povider itu yang akan menyelesaikan masalahnya," katanya.
Mendikbud mengatakan, dalam fase pertama ini e-Sabak belum tersambung dengan kemudahan internet. Materi yang ada di tablet itu yakni materi yang dikirimkan atau ditransfer, biasanya kepada sekolah, melalui jalan masuk pribadi kemudian difungsikan di tablet tersebut.
“Intinya yakni (e-Sabak) ini membuat familiar kita kepada penggunaan teknologi, dan secara bertahap membuat kita mampu berguru menggunakan teknik-teknik yang lebih interaktif,” katanya. Seperti dilansir dari website kemdikbud.go.id.
Selain menghemat kertas, penggunaan E-Sabak juga dapat menjaga kualitas buku alasannya yakni tidak dipengaruhi faktor lain menyerupai kertas, distribusi atau kerumitan logistik. E-Sabak juga dirancang untuk bersifat interaktif, misalnya dengan menunjukkan bahan-bahan kuis kepada guru-guru.
"Intinya yakni jikalau kemarin medianya bebas ditentukan di hilir, sekarang di tablet jadi materinya lebih kaya," ujar Anies.
Selain rencana penggunaan tablet sebagai buku teks di sekolah, Kemendikbud juga membahas kerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan gosip (Kemenkominfo), Kementerian Pariwisata serta PT Telkom perihal layanan internet untuk kawasan 3T dan layanan email untuk sekolah, guru dan siswa.
Kerjasama antarkementerian ini penting mengingat Kemendikbud memiliki jaringan yang sangat luas, yaitu 208 ribu sekolah di Indonesia.
"Ada komunikasi untuk acara pembelajaran, jaringan yang amat luas ini manfaatnya lebih besar. Ketimpangan jalan masuk pendidikan berkualitas mampu kita kurangi, sehingga sekolah yang di 3T ini mampu menerima kualitas pengetahuan gosip yang sama dengan di kota besar," imbuh Anies.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana untuk memanfaatkan tablet sebagai pengganti buku pelajaran. Mendikbud, Anies Baswedan mengatakan bahwa sistem gres dalam pembelajaran di Indonesia ini diberi nama e-Sabak atau elektronik sabak.
Sabak yakni merupakan media untuk menulis yang dipakai para pelajar Indonesia puluhan tahun lalu.
Sabak Elektronik E-Sabak
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan berencana menggunakan tablet sebagai alat bantu kegiatan berguru mengajar. Buku untuk menulis akan tetap menggunakan kertas, tablet hanya akan dipakai sebagai media penyimpan materi pelajaran.
Menyangkut acara pembelajaran, lanjut Anies, ada lebih dari 50 juta anak bersekolah di seluruh Indonesia. Mereka diajar oleh lebih dari tiga juta guru. Menurut Anies, buku yakni alat bimbing yang penting dalam kegiatan berguru mengajar.
"Salah satu tujuan manfaat dari penggunaan tablet yang dinamai E-Sabak ini yakni untuk menekan biaya. E-Sabak diadopsi dari media pembelajaran sabak yang dulu digunakan masyarakat untuk menghemat kertas," ujar Anies di Kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta menyerupai dilansir dari okezone.com.
Penyebab alasan buku pelajaran diganti dengan tablet sabak elektronik (e-Sabak) yakni sebagai alternatif pengganti buku pelajaran yakni efisiensi distribusi buku ke sekolah. Diungkapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, biaya pengiriman buku baik di wilayah Jawa maupun luar Jawa sangat besar.
Penggunaan Sabak Elektronik Bentuk Efisiensi Distribusi Buku
Menteri Anies mengatakan, setiap anak akan mendapat satu buah e-Sabak. Di dalamnya terdapat semua materi yang akan dipelajari. Namun demikian, kata dia, penggunaan e-Sabak yang berbentuk peranti tablet, akan dilakukan secara bertahap. Pertama, tablet ini gres akan menjadi buku elektronik saja. “Sehingga tablet itu pemanfaatannya masih sebatas sebagai buku atau e-book,” katanya.
Mendikbud mengatakan, setiap unit sabak yang diterima siswa tidaklah mereka beli. Ada jasa yang menunjukkan mereka derma penggunaan. "Jadi jikalau ada dilema pun pemberi povider itu yang akan menyelesaikan masalahnya," katanya.
Mendikbud mengatakan, dalam fase pertama ini e-Sabak belum tersambung dengan kemudahan internet. Materi yang ada di tablet itu yakni materi yang dikirimkan atau ditransfer, biasanya kepada sekolah, melalui jalan masuk pribadi kemudian difungsikan di tablet tersebut.
“Intinya yakni (e-Sabak) ini membuat familiar kita kepada penggunaan teknologi, dan secara bertahap membuat kita mampu berguru menggunakan teknik-teknik yang lebih interaktif,” katanya. Seperti dilansir dari website kemdikbud.go.id.
Selain menghemat kertas, penggunaan E-Sabak juga dapat menjaga kualitas buku alasannya yakni tidak dipengaruhi faktor lain menyerupai kertas, distribusi atau kerumitan logistik. E-Sabak juga dirancang untuk bersifat interaktif, misalnya dengan menunjukkan bahan-bahan kuis kepada guru-guru.
"Intinya yakni jikalau kemarin medianya bebas ditentukan di hilir, sekarang di tablet jadi materinya lebih kaya," ujar Anies.
Selain rencana penggunaan tablet sebagai buku teks di sekolah, Kemendikbud juga membahas kerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan gosip (Kemenkominfo), Kementerian Pariwisata serta PT Telkom perihal layanan internet untuk kawasan 3T dan layanan email untuk sekolah, guru dan siswa.
Kerjasama antarkementerian ini penting mengingat Kemendikbud memiliki jaringan yang sangat luas, yaitu 208 ribu sekolah di Indonesia.
"Ada komunikasi untuk acara pembelajaran, jaringan yang amat luas ini manfaatnya lebih besar. Ketimpangan jalan masuk pendidikan berkualitas mampu kita kurangi, sehingga sekolah yang di 3T ini mampu menerima kualitas pengetahuan gosip yang sama dengan di kota besar," imbuh Anies.