Pengobatan Orang Yang Terkena Sihir



Pengobatan orang yang terkena sihir



Penulis: Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Segala puji hanya kepunyaan Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan umat, Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang tiada lagi Nabi sesudahnya.

Akhir-akhir ini banyak sekali tukang-tukang ramal yang mengaku dirinya sebagai tabib, dan mengobati orang sakit dengan jalan sihir atau perdukunan.
Mereka sekarang banyak menyebar di aneka macam negeri; orang-orang awam yang tidak mengerti sudah banyak menjadi korban pemerasan mereka.

Maka atas dasar pesan yang tersirat (loyalitas) kepada Yang Mahakuasa Subhanahu wa Ta’ala dan kepada hamba-hambaNya, saya ingin menjelaskan wacana betapa besar bahayanya terhadap Islam dan umat Islam adanya ketergantungan kepada selain Yang Mahakuasa dan bahwa hal tersebut bertolak belakang dengan perintah Yang Mahakuasa dan RasulNya.

Dengan memohon santunan Yang Mahakuasa Ta’ala saya katakan bahwa berobat dibolehkan berdasarkan akad para ulama. Seorang muslim kalau sakit hendaklah berusaha mendatangi dokter yang ahli, baik penyakit dalam, pembedahan, saraf, maupun penyakit luar untuk diperiksa apa penyakit yang dideritanya. Kemudian diobati sesuai dengan obat-obat yang dibolehkan oleh syara’, sebagaimana yang dikenal dalam ilmu kedokteran.

Dilihat dari segi karena dan akhir yang biasa berlaku, hal ini tidak bertentangan dengan pedoman tawakkal kepada Yang Mahakuasa dalam Islam. Karena Yang Mahakuasa Ta’ala telah menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya. Ada di antaranya yang sudah diketahui oleh insan dan ada yang belum diketahui. Akan tetapi Yang Mahakuasa Ta’ala tidak mengakibatkan penyembuhannya dari sesuatu yang telah diharamkan kepada mereka.

Oleh karena itu tidak dibenarkan bagi orang yang sakit, mendatangi dukun-dukun yang mendakwakan dirinya mengetahui hal-hal ghaib, untuk mengetahui penyakit yang dideritanya. Tidak diperbolehkan pula mempercayai atau membenarkan apa yang mereka katakan, karena sesuatu yang mereka katakan mengenai hal-hal yang ghaib itu hanya didasarkan atas asumsi belaka, atau dengan cara mendatangkan jin-jin untuk meminta santunan kepada jin-jin tersebut sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Dengan cara demikian dukun-dukun tersebut telah melaksanakan perbuatan-perbuatan kufur dan sesat.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan dalam aneka macam haditsnya sebagai berikut :

“Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab ‘Shahih Muslim’, bersama-sama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Barangsiapa mendatangi ‘arraaf’ (tukang ramal)) kepadanya, tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh hari.”

“Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia bersabda:‘Barangsiapa yang mendatangi kahin (dukun)) dan membenarkan apa yang ia katakan, sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Abu Daud).

“Dikeluarkan oleh empat Ahlus Sunan dan dishahihkan oleh Al-Hakim dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan lafazh: ‘Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun dan membenarkan apa yang ia katakan, sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

“Dari Imran bin Hushain radhiallahu anhu, ia berkata: ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Bukan termasuk golongan kami yang melaksanakan atau meminta tathayyur (menentukan nasib sial berdasarkan gejala benda,burung dan lain-lain),yang meramal atau yang meminta diramalkan, yang menyihir atau meminta disihirkan dan barangsiapa mendatangi peramal dan membenarkan apa yang ia katakan, maka sesungguhnya ia telah kafir terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”(HR. Al-Bazzaar,dengan sanad jayyid).

Hadits-hadits yang mulia di atas memperlihatkan larangan mendatangi peramal, dukun dan sebangsanya, larangan bertanya kepada mereka wacana hal-hal yang ghaib, larangan mempercayai atau membenarkan apa yang mereka katakan, dan ancaman bagi mereka yang melakukannya.

Oleh karena itu, kepada para penguasa dan mereka yang memiliki imbas di negerinya masing-masing, wajib mencegah segala bentuk praktek tukang ramal, dukun dan sebangsanya, dan melarang orang-orang mendatangi mereka.

Kepada yang berwenang supaya melarang mereka melaksanakan praktek-praktek di pasar-pasar, mall-mall atau di tempat-tempat lainnya, dan secara tegas menolak segala yang mereka lakukan. Dan hendaknya tidak tertipu oleh ratifikasi segelintir orang wacana kebenaran apa yang mereka lakukan. Karena orang-orang tersebut tidak mengetahui masalah yang dilakukan oleh dukun-dukun tersebut, bahkan kebanyakan mereka yaitu orang-orang awam yang tidak mengerti hukum, dan larangan terhadap perbuatan yang mereka lakukan.

Rasulullah ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang umatnya mendatangi para peramal, dukun dan tukang tenung. Melarang bertanya serta membenarkan apa yang mereka katakan. Karena hal itu mengandung kemungkaran dan ancaman besar, juga berakibat negatif yang sangat besar pula. Sebab mereka itu yaitu orang-orang yang melaksanakan dusta dan dosa.

Hadits-hadits Rasulullah tersebut di atas menunjukan wacana kekufuran para dukun dan peramal. Karena mereka mengaku mengetahui hal-hal yang ghaib, dan mereka tidak akan hingga pada maksud yang diinginkan melainkan dengan cara berbakti, tunduk, taat, dan menyembah jin-jin. Padahal ini merupakan perbuatan kufur dan syirik kepada Yang Mahakuasa Subhanahu wa Ta’ala. Orang yang membenarkan mereka atas pengakuannya mengetahui hal-hal yang ghaib dan mereka meyakininya, maka hukumnya sama menyerupai mereka. Dan setiap orang yang mendapatkan masalah ini dari orang yang melakukannya, sesungguhnya Rasulullah ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlepas diri dari mereka.

Seorang muslim dihentikan tunduk dan percaya terhadap dugaan dan sangkaan bahwa cara menyerupai yang dilakukan itu sebagai suatu cara pengobatan, semisal tulisan-tulisan azimat yang mereka buat, atau menuangkan cairan timah, dan lain-lain dongeng bohong yang mereka lakukan.

Semua ini yaitu praktek-praktek perdukunan dan penipuan terhadap manusia, maka barangsiapa yang rela mendapatkan praktek-praktek tersebut tanpa memperlihatkan perilaku penolakannya, sesungguhnya ia telah menolong dalam perbuatan bathil dan kufur.

Oleh karena itu tidak dibenarkan seorang muslim pergi kepada para dukun, tukang tenung, tukang sihir dan semisalnya, kemudian menanyakan kepada mereka hal-hal yang berafiliasi dengan jodoh, ijab kabul anak atau saudaranya, atau yang menyangkut hubungan suami istri dan keluarga, wacana cinta, kesetiaan, perselisihan atau perpecahan yang terjadi dan lain sebagainya. Sebab semua itu berafiliasi dengan hal-hal ghaib yang tidak diketahui hakikatnya oleh siapa pun kecuali oleh Yang Mahakuasa Subhanahhu wa Ta’ala.

Sihir sebagai salah satu perbuatan kufur yang diharamkan oleh Allah, dijelaskan di dalam surat Al-Baqarah ayat 102 wacana kisah dua Malaikat:

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syetan-syetan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka menyampaikan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada insan dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan:”Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), karena itu janganlah kau kafir’. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka sanggup menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarkan ayat (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya laba di Akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.”(Al-Baqarah:102)

Ayat yang mulia ini juga memperlihatkan bahwa orang-orang yang mempelajari ilmu sihir, sesungguhnya mereka mempelajari hal-hal yang hanya mendatangkan mudharat bagi diri mereka sendiri, dan tidak pula mendatangkan sesuatu kebaikan di sisi Yang Mahakuasa Subhanahu wa Ta’ala. Ini merupakan ancaman berat yang memperlihatkan betapa besar kerugian yang diderita oleh mereka di dunia ini dan di Akhirat nanti. Mereka sesungguhnya telah memperjualbelikan diri mereka dengan harga yang sangat murah, itulah sebabnya Yang Mahakuasa berfirman :

“Dan alangkah buruknya perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir itu, seandainya mereka mengetahui.”

Kita memohon kepada Yang Mahakuasa kesejahteraan dan keselamatan dari kejahatan sihir dan semua jenis praktek perdukunan serta tukang sihir dan tukang ramal. Kita memohon pula kepadaNya semoga kaum muslimin terpelihara dari kejahatan mereka. Semoga Yang Mahakuasa Subhanahu wa Ta’ala memperlihatkan santunan kepada kaum muslimin semoga senantiasa berhati-hati terhadap mereka, dan melaksanakan aturan Yang Mahakuasa dengan segala sangsi-sangsinya kepada mereka, sehingga insan menjadi kondusif dari kejahatan dan segala praktek keji yang mereka lakukan.

Sungguh Yang Mahakuasa Maha Pemurah lagi Maha Mulia!.

Tata Cara Menangkal Dan Menanggulangi Sihir

Yang Mahakuasa telah mensyari’atkan kepada hamba-hambaNya supaya mereka menjauhkan diri dari kejahatan sihir sebelum terjadi pada diri mereka. Yang Mahakuasa juga menjelaskan wacana bagaimana cara pengobatan sihir bila telah terjadi. Ini merupakan rahmat dan kasih sayang Allah, kebaikan dan kesempurnaan nikmatNya kepada mereka.

Berikut ini beberapa klarifikasi wacana perjuangan menjaga diri dari ancaman sihir sebelum terjadi, begitu pula perjuangan dan cara pengobatannya bila terkena sihir, yakni cara-cara yang dibolehkan berdasarkan aturan syara’:

Pertama: Tindakan preventif, yakni perjuangan menjauhkan diri dari ancaman sihir sebelum terjadi. Cara yang paling penting dan bermanfaat ialah penjagaan dengan melaksanakan dzikir yang disyari’atkan, membaca do’a dan ta’awwudz sesuai dengan tuntunan Rasulullah ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya menyerupai di bawah ini:

A. Membaca ayat Kursi setiap selesai shalat lima waktu, setelah membaca wirid yang disyari’atkan setelah salam, atau dibaca dikala akan tidur. Karena ayat Kursi termasuk ayat yang paling besar nilainya di dalam Al-Qur’an. Rasulullah ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam salah satu hadits shahihnya :

“Barangsiapa membaca ayat Kursi pada malam hari, Yang Mahakuasa senantiasa menjaganya dan syetan tidak mendekatinya hingga Shubuh.”

Ayat Kursi terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 255 yang bunyinya :

“Allah tidak ada Tuhan selain Dia, Yang hidup abadi lagi terus-menerus mengurus (makhlukNya), tidak mengantuk dan tidak tidur, kepunyaanNya apa yang ada di langit dan apa yang di bumi. Siapakah yang sanggup memberi syafa’at di sisi Yang Mahakuasa tanpa izinNya? Yang Mahakuasa mengetahui apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Yang Mahakuasa melainkan apa yang dikehendakiNya. Kursi Yang Mahakuasa mencakup langit dan bumi, dan Yang Mahakuasa Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

B. Membaca surat Al-Ikhlas, surat Al-Falaq, dan surat An-Naas pada setiap selesai shalat lima waktu, dan membaca ketiga surat tersebut sebanyak tiga kali pada pagi hari setelah shalat Shubuh, dan menjelang malam setelah shalat Maghrib, sesuai dengan hadits riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzi dan An-Nasa’i.

C. Membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah yaitu ayat 285-286 pada permulaan malam, sebagaimana sabda Rasulullah :

“Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka cukuplah baginya.”

Adapun bacaan ayat tersebut yaitu sebagai berikut:

“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan rasul-rasulNya. (Mereka mengatakan), ‘Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya’. (Mereka berdo’a): ‘Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah kawasan kembali.”

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, ia menerima pahala (dari kewajiban) yang diusahakannya dan ia menerima siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo’a), ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau aturan kami kalau kami lupa atau bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya, beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir.”

D. Banyak berlindung dengan kalimat-kalimat Yang Mahakuasa yang sempurna.

Hendaklah dibaca pada malam hari dan siang hari dikala berada di suatu tempat, dikala masuk ke dalam suatu bangunan, dikala berada di tengah padang pasir, di udara atau di laut. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

“Barangsiapa singgah di suatu kawasan dan dia mengucapkan: ‘A’uudzu bi kalimaatillahi attaammaati min syarri maa khalaq’ (aku berlindung dengan kalimat-kalimat Yang Mahakuasa yang tepat dari kejahatan makhluk ciptaanNya), maka tidak ada sesuatu pun yang membahayakannya hingga ia pergi dari kawasan itu.”

E. Membaca do’a di bawah ini masing-masing tiga kali pada pagi hari dan menjelang malam :

“Dengan nama Allah, yang bersama namaNya, tidak ada sesuatu pun yang membahayakan, baik di bumi maupun di langit dan Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi)

Bacaan-bacaan dzikir dan ta’awwudz ini merupakan sebab-sebab yang besar untuk memperoleh keselamatan dan untuk menjauhkan diri dari kejahatan sihir atau kejahatan lainnya. Yaitu bagi mereka yang selalu mengamalkannya secara benar disertai keyakinan yang penuh kepada Allah, bertumpu dan pasrah kepadaNya dengan tulus dan hati yang khusyu’.

Kedua: Bacaan-bacaan menyerupai ini juga merupakan senjata ampuh untuk menghilangkan sihir yang sedang menimpa seseorang, dibaca dengan hati yang khusyu’, tunduk dan merendahkan diri, seraya memohon kepada Yang Mahakuasa semoga dihilangkan ancaman dan malapetaka yang dihadapi. Do’a-do’a berdasarkan riwayat yang berpengaruh dari Rasulullah untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh sihir dan lain sebagainya yaitu sebagai berikut:

1. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam me-ruqyah (mengobati dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an atau do’a-do’a) sahabat-sahabatnya dengan bacaan :

Artinya: “Ya Allah, Tuhan segenap manusia….! Hilangkanlah sakit dan sembuhkanlah, Engkau Maha Penyembuh, tidak ada penyembuhan melainkan penyembuhan dariMu, penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.” (HR. Al-Bukhari).

2. Do’a yang dibaca Jibril , dikala meruqyah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Dengan nama Allah, saya meruqyahmu dari segala yang menyakitkanmu, dan dari kejahatan setiap diri atau dari pandangan mata yang penuh kedengkian, semoga Yang Mahakuasa menyembuhkanmu, dengan nama Yang Mahakuasa saya meruqyahmu.” Bacaan ini hendaknya diulang tiga kali.

3. Pengobatan sihir cara lainnya, terutama bagi pria yang tidak sanggup berjimak dengan istrinya karena terkena sihir. Yaitu, ambillah tujuh lembar daun bidara yang masih hijau, ditumbuk atau digerus dengan watu atau alat tumbuk lainnya, setelah itu dimasukkan ke dalam baskom secukupnya untuk mandi; bacakan ayat Kursi pada baskom tersebut; bacakan pula surat Al-Kafirun, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, dan ayat-ayat sihir dalam surat Al-A’raf ayat 117-119, surat Yunus ayat 79-82 dan surat Thaha ayat 65-69.

Surat Al-A’raf ayat 117-119 yang bunyinya:

“Dan Kami wahyukan kepada Musa: ‘Lemparkanlah tongkatmu!’ Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena itu, nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka orang-orang yang hina.”

Surat Yunus ayat 79-82:

“Fir’aun berkata (kepada pemuka kaumnya): ‘Datangkanlah kepadaku semua andal sihir yang pandai’. Maka tatkala ahli-ahli sihir itu datang, Musa berkata kepada mereka: ‘Lemparkanlah apa yang hendak kau lemparkan’. Maka setelah mereka lemparkan, Musa berkata: ‘Apa yang kau lakukan itu, itulah sihir, sesungguhnya Yang Mahakuasa akan menampakkan ketidakbenaran mereka. Sesungguhnya Yang Mahakuasa tidak akan membiarkan terus berlangsung pekerjaan orang-orang yang menciptakan kerusakan. Dan Yang Mahakuasa akan mengokohkan yang benar dengan ketetapanNya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(nya).“

Surat Thaha ayat 65-69 yang bunyinya :

“Mereka bertanya,’Hai Musa (pilihlah), apakah kau yang melemparkan (dahulu) atau kamilah yang mula-mula melemparkan?’ Musa menjawab,’Silahkan kau sekalian melemparkan’. Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang oleh Musa seperti ia merayap cepat karena sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berfirman: ‘Janganlah kau takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, pasti ia akan menelan apa yang mereka perbuat, sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu yaitu budi amis tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu dari mana saja ia datang.”

Setelah selesai membaca ayat-ayat tersebut di atas hendaklah diminum sedikit airnya dan sisanya digunakan untuk mandi.)

Dengan cara ini mudah-mudahan Yang Mahakuasa Subhanahu wa Ta’ala menghilangkan penyakit yang sedang dideritanya.

4. Cara pengobatan lainnya, sebagai cara yang paling bermanfaat ialah berupaya mengerahkan tenaga dan daya untuk mengetahui di mana kawasan sihir terjadi, di atas gunung atau di kawasan manapun ia berada, dan bila sudah diketahui tempatnya, diambil dan dimusnahkan sehingga lenyaplah sihir tersebut.

Inilah beberapa klarifikasi wacana perkara-perkara yang sanggup menjaga diri dari sihir dan perjuangan pengobatan atau cara penyembuhannya, dan hanya kepada Yang Mahakuasa kita memohon pertolongan.

Adapun pengobatan dengan cara-cara yang dilakukan oleh tukang-tukang sihir, yaitu dengan mendekatkan diri kepada jin disertai dengan penyembelihan hewan, atau cara-cara mendekatkan diri lainnya, maka semua ini tidak dibenarkan karena termasuk perbuatan syirik paling besar yang wajib dihindari.

Demikian pula pengobatan dengan cara bertanya kepada dukun,’arraaf (tukang ramal) dan memakai petunjuk sesuai dengan apa yang mereka katakan. Semua ini tidak dibenarkan dalam Islam, karena dukun-dukun tersebut tidak beriman kepada Allah; mereka yaitu pendusta dan pembohong yang mengaku mengetahui hal-hal ghaib, dan kemudian menipu manusia.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan orang-orang yang mendatangi mereka, menanyakan dan membenarkan apa yang mereka katakan, sebagaimana telah dijelaskan hukum-hukumnya di awal goresan pena ini.

Kepada Yang Mahakuasa Subhanahu wa Ta’ala kita memohon, semoga seluruh kaum muslimin dilimpahkan kesejahteraan dan keselamatan dari segala kejahatan, dan semoga Yang Mahakuasa melindungi mereka, agama mereka, dan menganugerahkan kepada mereka pemahaman dan agamaNya, serta memelihara mereka dari segala sesuatu yang menyalahi syari’atNya.

(Dikutip dari goresan pena Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz,. Diterbitkan oleh Depar-temen Urusan KeIslaman, Wakaf, Dakwah Dan Bimbingan Islam, Saudi Arabia)

Sumber http://abu-riyadl.blogspot.com