Ulama Yang Tidak Percaya Munculnya Imam Mahdi

Sebagian besar ulama percaya dan yakin akan munculnya Imam Mahdi di simpulan zaman. Namun, sebagian lagi mengingkarinya alasannya yakni kesimpulan yang mereka ambil terhadap hadits-hadits wacana Imam Mahdi. Di antaranya ulama tersebut adalah:

1. Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun ragu-ragu wacana Imam Mahdi dan melontarkan kritik terhadap hadits-hadits yang berkenaan dengannya. Ia mengatakan, “Seperti yang anda lihat, hadits-hadits tersebut tidak terlepas dari kritikan kecuali sedikit saja di antaranya.”{1}

2. Muhammad Rasyid Ridha
Ia mengatakan, “Banyak kontradiksi di antara hadits-hadits yang menjelaskan munculnya Imam Mahdi, sulit untuk menghimpun semuanya, banyak orang yang mengingkarinya, dan banyak syubuhat (kesamaran) yang terdapat padanya, oleh alasannya yakni itu Asy-Syaikhan (dua orang syaikh), yaitu Al-Bukhari dan Muslim, tidak meriwayatkan di dalam kitab Shahih-nya. Sungguh banyak ulama yang menyatakan bahwa hadits yang mengambarkan Imam Mahdi yakni dhaif (lemah).”[2]

3. Ahmad Amin
Ia berpendapat, “Hadits-hadits wacana Imam Mahdi hanyalah kisah dongeng yang sanggup berdampak negatif bagi kehidupan kaum muslimin.”[3]

4. Abdullah bin Zaid Al-Mahmud
Ia menuturkan, “Keterangan wacana Imam Mahdi dari awal hingga simpulan hanya berdasarkan kepada kebohongan yang konkret dan keyakinan yang salah. Pada asalnya, semua itu yakni kisah dongeng yang didengar dari verbal ke mulut, dan hadits itu dibuat-buat hanya untuk menakut-nakuti manusia.”[4]

5. Muhammad Farid Wajdi
Ia mengungkapkan, “Adapun hadits-hadits yang mengambarkan Imam Mahdi, maka orang-orang yang berwawasan luas tidak berat hati dalam meniadakan perkataan itu dari RasulullahShallallahu Alaihi wa Sallam, alasannya yakni di dalamnya terdapat perilaku berlebih-lebihan dan serampangan dalam menafsirkan sejarah, tidak mengetahui kondisi manusia, dan jauh dari sunnatullah yang sudah dikenal semua orang. Seperti yang sudah diketahui, hadits-hadits tersebut yakni maudhu’ (palsu) yang sengaja dibentuk oleh sebagian pemberontak yang mendukung pelopor dakwah untuk berkuasa di negara arab atau wilayah Maroko.”[5]

Jika ditarik sebuah kesimpulan, maka sanggup disebutkan bahwa argumen mereka yakni sebagai berikut:
1. Al-Qur`an tidak menyebutkan Imam Mahdi, bila benar, tentu ada firman Tuhan Ta’ala yang mengambarkan hal itu dalam Al-Qur`an.
Kita jawab: Tidak semua gejala hari Kiamat disebutkan dalam Al-Qur`an, ibarat munculnya Dajjal, bumi dibenamkan di simpulan zaman, dan lain sebagainya, namun disebutkan dalam hadits. Jika disebutkan dalam hadits, maka hal itu yakni sebuah kebenaran, sebagaimana yang difirmankan Tuhan Ta’ala dalam Al-Qur`an wacana Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) berdasarkan kemauan hawa nafsunya.” (QS. An-Najm [53]: 3)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

أَلاَ إِنِّيْ أُوْتِيْتُ الْقُرْآنَ وَ مِثْلَهُ مَعَهُ

“Ketahuilah, sesungguhnya saya diberikan Al-Qur`an dan yang sama dengannya (hadits).”[6]

2. Hadits-hadits tersebut tidak terdapat dalam Kitab Shahihain (Shahih Al-Bukhari dan Muslim)

Kita jawab: Kitab Shahih Al-Bukhari dan Muslim tidak menghimpun semua hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan semua perawi (pembawa isu hadits) di selain dua kitab tersebut merupakan ulama peneliti hadits. Kita memiliki cara untuk sanggup membedakan antara hadits shahih dan dhaif.

Sehingga, bila ada hadits shahih maka kita wajib mengamalkannya, baik yang terdapat dalam Kitab Shahihain maupun kitab hadits lainnya. Di dalam Kitab Shahih Al-Bukhari dan Muslim terdapat hadits-hadits yang mengambarkan ciri-ciri Imam Mahdi dan tidak menyebutkan namanya, ibarat yang telah kita bahas sebelumnya.

3. Kami tidak ingin membuka kesempatan bagi orang yang mengaku sebagai Imam Mahdi.
Kita jawab: Jika kita memahami rambu-rambu syariat tentu kita akan menutup kesempatan bagi orang yang mengklaim dirinya sebagai Imam Mahdi. Sungguh, Imam Mahdi memiliki ciri-ciri fisik dan muncul dalam suatu keadaan ibarat yang telah disinggung sebelumnya, dan ciri-ciri itu hanya dimiliki oleh satu orang, yaitu Imam Mahdi yang sebenarnya.



Sumber :

1. Lihat: Muqaddimah Ibn Khaldun (1/574).

2. Lihat: Tafsir Al-Manar (9/416).

3. Lihat : Dhuha Al-Islam (3/243)

4. Dicantumkan dalam makalahnya yang berjudul La Mahdi Yuntazhar 

    Bada Ar-Rasul Khair Al-Basyar, hlm. 58.
5. Da`irah Maarif Al-Qarn Al-Isyrin (10/481)

6. HR. Al-Bukhari.