Bantahan Umur Umat Islam 1500 Tahun

Berikut ialah bantahan ihwal beredarnya buku berjudul "Huru-Hara Akhir Zaman.

Buku yang sempat menghebohkan dunia Islam itu judul aslinya adalah
هرمجدون آخر بيان يا أمة الإسلام
Ditulis oleh seorang yang berjulukan Amin Muhammad Jamaluddin. Dalam edisi terjemahan bahasa Indonesia berjudul Huru-hara Akhir Zaman.


Mengomentari buku yang menghebohkan ini, Al-Ustadz Hamid bin Abdillah Al-‘Ali menyampaikan bahwa dia tetap menghargai niat dan perjuangan penulisnya untuk mengingatkan umat Islam akan datangnya hari kiamat. Dan dia juga berpesan semoga para pembaca buku ini tidak simpel bersu’uzhan kepada penulisnya.


Namun dia juga mengingatkan kepada penulis buku ini semoga tidak memakai referensi yang tidak ada sumber hadits yang besar lengan berkuasa dan menghindari hadits palsu.


Memang bila kita baca buku itu, di sana dinyatakan dengan niscaya Imam Mahdi akan muncul sebelum masuk tahun 1430 Hijriyah, atau sekitar tahun setahun lagi dari sekarang. Juga disebutkan bahwa usia umat Islam yaitu 1500 tahun.


Sehingga bila dihitung dari semenjak diutusnya nabi Muhammad SAW pada tahun 13 tahun sebelum hijrah hingga tahun ini, 1428 H, berarti usia umat Islam tinggal 1500 (1428+13) = 1500 – 1441 = 59 tahun lagi.


Titik Pangkal Masalah

Yang jadi dilema paling fundamental ialah darimana datangnya angka tahun 1430 hijriyah sebagai tahun kemunculan Al-Imam Mahdi? Dan darimana angka 1500 tahun sebagai usia umat Islam?


Menurut buku itu, angka tahun-tahun ini didapat dari hadits nabi Muhammad SAW. Dan diyakini oleh penulisnya sebagai hadits yang shahih dan sanggup diterima.


Selain hadits ihwal masa terjadinya kiamat, di dalam buku itu juga ada hadits lain menyerupai berikut ini:

Nu’aim bin Hammad meriwayatkan dengan sanadnya bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Pada bulan Ramadhan terlihat gejala di langit, menyerupai tiang yang bersinar, pada bulan Syawwal terjadi malapetaka, pada bulan Dzulqa’idah terjadi kemusnahan, pada bulan Dzulhijjah para jamaah haji dirampok, dan pada Muharram, tahukah apakah Muharram itu?"


Rasulullah saw. juga bersabda:

"Akan ada bunyi dahsyat di bulan Ramadhan, huru-hara di bulan Syawal, konflik antara suku pada bulan Dzulqa’idah, dan pada tahun itu para jamaah haji dirampok dan terjadi pembantaian besar di Mina di mana ramai orang terbunuh dan darah mengalir di sana, sedangkan pada ketika itu mereka berada di Jumrah Aqabah."


Baginda saw. juga bersabda:

"Bila telah muncul bunyi di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan Syawwal…." Kami bertanya, "Suara apakah, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Suara keras di pertengahan bulan Ramadhan, pada malam Juma’at, akan muncul bunyi keras yang membangunkan orang tidur, menyebabkan orang yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari pingitannya, pada malam Jum’at di tahun terjadinya banyak gempa.


Jika kalian telah melaksanakan shalat Subuh pada hari Juma’at, masuklah kalian ke dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lubangnya, dan selimutilah diri kalian, sumbatlah indera pendengaran kalian. Jika kalian mencicipi adanya bunyi menggelegar, maka bersujudlah kalian kepada Tuhan dan ucapkanlah, "Mahasuci Al-Quddus, Mahasuci Al-Quddus, Rabb kami Al-Quddus!", kerana barangsiapa melaksanakan hal itu akan selamat, tetapi barangsiapa yang tidak melaksanakan hal itu akan binasa."


Benarkah Hadits itu Hadits Shahih?

Semua yang diceritakan dalam tema buku Ini ialah permasalahan ghaib, maka yang berhak menyampaikan itu hanya nabi Muhammad SAW saja. Kaprikornus seandainya memang ada hadits yang hingga ke derajat shahih, bolehlah kita jadikan pegangan.


Tapi dilema terbesarnya, ternyata apa yang diklaim sebagai hadits shahiholeh penulis buku itu, justru ditentang oleh para mahir hadits. Para mahir hadits bahkan hingga menyampaikan bahwa hadits-hadits yang dipakai dalam kitab itu ialah hadits palsu dan batil. 100% tidak sanggup dijadikan dasar dalam urusan agama.
 Berikut ialah bantahan ihwal beredarnya buku berjudul  Bantahan Umur Umat Islam 1500 Tahun


Apalagi dilema huru-hara menjelang hari final zaman termasuk dilema aqidah. Maka haram hukumnya memakai riwayat itu sebagai dasar rujukan.


Apa yang diklaim sebagai hadits bekerjsama sama sekali tidak layak dikatakan sebagai sabda nabi Muhammad SAW. Dan untuk itu sudah ada bahaya dari dia sendiri ihwal orang yang menyampaikan bahwa suatu lafadz itu merupakan perkataan beliau, padahal dia sendiri tidak pernah mengatakannya.


Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang berdusta ihwal saya secara sengaja, maka hendaklah dia menyiapkan kawasan duduknya di neraka". (HR Muttafaqun ‘alaihi).


Kelemahan Hadits Pada Buku Tersebut
1. Kelemahan Pertama: Tidak Membaca Makhthuthat

Kelemahan paling fundamental bahwa Amin Muhammad Jamaluddin meski banyak memakai hadits dari kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, namun pada bagian-bagian yang penting dan sangat musykil menyerupai perhitungan tahun turunnya Imam Al-Mahdi, dia memakai hadits-hadits yang tidak terperinci asal usulnya.


Di antara referensi hadits yang bermasalah di kitab ini ialah klaim bahwa dia menemukan makhthutah (naksah goresan pena tangan) di sebuah perpustakaan di Istambul.


Setelah diteliti lebih jauh, ternyata Amin Muhammad Jamaluddin sebagai penulis tidak membaca pribadi naskah goresan pena tangan itu. Tetapi bersumber dari seseorang yang mengaku pernah menemukan makhthuthat itu di sebuah perpustakaan di Istanbul.


Kaprikornus bahkan Amin Jamaluddin sendiri tidak pernah melihat pribadi naskah itu dalam keadaan aslinya. Semata-mata info dari seseorang yang mengaku pernah melihatnya.


Dari sini saja intinya kaidah ilmiyah penulisan kitab ini sudah sangat bermasalah. Seharusnya penulis buku ini mencantumkan kopi dari makhthuthah ini dalam kitabnya. Dan akan menjadi satu cabang ilmu yang dikenal dengan nama Filologi.


2. Kelemahan Kedua: Makhthuthah Bermasalah

Menurut Ustaz Hatim Al-Auniy, anggota Hai’ah Tadris di Universtias Ummul Qura Makkah, makhthuthat yang diklaim sebagai berisi hadits shahih itu ternyata tidaklebihdari kumpulan hadits-hadits palsu nukilan dari Kitabul Fitan karya Nu’aim ibnu Hammad.

Padahal banyak dari para ulama semenjak dahulu telah memberi peringatan ihwal dilema periwayatan yang ada di dalam kitab Al-Fitan.


Al-Imam Ahmad menyampaikan ada tiga kitab yang tidak punya dasar, di antaranya ialah Kitabul Fitan karya Nu’aim bin Hammad ini.


Sedangkan Adz-Dzahabi mengomentari ihwal Nu’aim penulis makhthuthat ini sebagai orang yang jiwa insan tidak mantap dengan riwayatnya. Senada dengan itu, Yahya bin Mu’in menyampaikan bahwa Nu’aim ini meriwayatkan dari orang-orang yang tidak tsiqah (lihat Siyar A’lam An-Nubala’ jilid 10 halaman 597-600).


Kaprikornus anggaplah contohnya makhthuthat itu memang benar-benar ada di perpustakaan Istanbul sana, dan memang benar-benar ditulis oleh Nu’aim bin Hammad, tetap saja pengambilan dasar hadits itu bermasalah pada perawinya, yaitu Nu’aim bin Hammad.


3. Kelemahan Ketiga: Tadlis (Penipuan Nama Bukhari)

Para mahir hadits punya sebuah istilah yang disebut dengan tadlis. Makna mudahnya ialah penipuan. Di dalam buku ini Amin Jamaluddin memakai metode tadlis atau penipuan atas nama Al-Bukhari.


Hadits yang dipakai penulis buku ini sering diklaim sebagai hadits Bukhari, padahal bukan. Hadits itu bekerjsama terdapat dalam kitab goresan pena gurunya Al-Bukhari yang berjulukan Nu’aim ibnu Hammad.


Benar bahwa Nu’aim ini guru Al-Bukhari, namun para ulama hadits banyak yang menyampaikan bahwa Nu’aim ini ialah perawi yang bermasalah. Dan Al-Bukhari tidak pernah memakai sanad dari Nu’aim kecuali bila ada riwayat dari jalur yang lain menguatkan jalur Nu’aim.


Satu hal yang dilupakan ialah bahwa tidak mentang-mentang seseorang menjadi guru imam Al-Bukhari, lantas semua riwayat atau kitab hadits karyanya boleh dianggap shahih. Bahkan tidak semua hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari sendiri sanggup dipastikan keshahihannya. Karena yang dikatakan hadits shahih ialah yang dia masukkan ke dalam kitab shahihnya. Sedangkan kitab lain yang juga ditulis oleh beliau, belum tentu shahih.


Untuk sekedar diketahui, Al-Bukhari selain menyusun Kitab Ash-Shahih juga pernah menulis beberapa kitab lainnya menyerupai al-Adabul Mufrad, Raf’ul Yadain fish Shalah, al-Qira’ah khalfal Iman, Birrul Walidain, at-Tarikh ash-Shagir, Khalqu Af’aalil ‘Ibaad, adl-Dlu’afa (hadits-hadits lemah), al-Jaami’ al-Kabir, al-Musnad al-Kabir, at-Tafsir al-Kabir, Kitabul Asyribah, Kitabul Hibab, dan kitab Asaami ash-Shahabah. Tapi yang benar-benar dia jamin keshahihannya hanyalah kitab As-Shahih saja.


Sebenarnya kita masih sanggup membela Nu’aim ibnu Hammad sebagai guru Al-Bukhari. Karena dia juga tidak pernah menyampaikan hadits dalam kitab Al-Fitan itu sebagai hadits shahih, makanya dia menuliskan hadits itu lengkap sanadnya, yang akan menjadi materi buat para peneliti hadits untuk mengerjakan tugasnya. Dan dunia Islam memang mengenal Kitab Al-Fitan ini ialah kitab yang berisi hadits-hadits batil dan israiliyyat (dongeng bangsa Israil).


Sayangnya, Amin Jamaluddin menukil hadits hadits dalam kitab Al-Fitan itu begitu saja tanpa menyebutkan bahwa isnad hadits ini belum selesai dikerjakan dan dia sama sekali tidak mencantumkan daftar perawinya. Sehingga terkesan pembaca digiring untuk menyampaikan seperti hadits-hadits itu shahih dengan menyebutkan bahwa Nu’aim ialah guru imam Bukhari.


Buat mereka yang terlalu bersemangat tapi awam dengan ilmu naqd (kritik) hadits, simpel sekali percaya bahwa hadits-hadits itu sebagai hadits shahih.


4. Kelemahan Keempat: Dongeng Nostradamus

Salah satu kelemahan fatal buku ini ialah turut dicantumkannya juga dongeng-dongeng modern, semisal ramalan Nostradamus yang berkebangsaan Perancis, untuk menguatkan teori penulis buku.


Sejak kapan umat Islam berdalil dengan ramalan orang kafir, meski pun ramalan itu secara kebetulan memang terjadi. Sebab ramalan itu hukumnya haram, alasannya ialah satu kebenaran ditambah dengan 100 kebohongan.


Salah satu ramalan batil yang disebut-sebut sangat populer ialah bencana 11 Sptember 2001 di Newyork. Salah satu petikan di buku itu sebagai berikut:


"Di suatu tahun di era yang gres dan sembilan bulan, dari langit akan tiba Raja Teror.Langit akan terbakar pada empat puluh lima derajat. Api akan turun di kota gres yang besar itu di kota York."


Dan masih banyak lagi kejanggalan-kejanggalan buku ini, sehingga para ulama hingga mengharamkan umat Islam merujuk buku ini dalam memahami pedoman Islam. Karena selain bercampurnya hadits shahih dan palsu, juga banyak berisi dongeng yang dihubung-hubungkan.


Wajar bila ada pihak yang menyampaikan tujuan buku ini diterbitkan tidak lain sekedar cari sensasi belaka. Dan alasan paling logis untuk itu sekedar meraup uang saja.


Harapan kepada umat Islam, setidaknya sebelum bicara hal-hal yang berbau dilema hari final zaman yang merupakan khabar ghaibi, syarat mutlaknya ialah memastikan hanya memakai hadits yang shahih dalam arti yang sebenarnya. Pastikan hadits memang telah disepakati keshahihannya oleh para ulama hadits.


Selain itu kitab sharah hadits itu wajib dibaca, semacam Fathul Bari oleh Al-‘Allamah Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, kitab klarifikasi untuk Shahih Bukhari, atau Syarah Shahih Muslim oleh Imam An-Nawawi untuk klarifikasi Kitab Shahih Muslim.


Agar jangan tujuan mulia kita terkontaminasi dengan kejahilan ilmu hadits kita, sehingga bukannya berbagi ilmu tetapi malah menjadi distributor khurafat. Wal ‘Iyadzhu billahi.


Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Ahmad Sarwat, Lc

Jangan lupa dibagikan dibawah ya, biar lebih bermanfaat