Jika Rasulullah SAW itu ma’shum (terlindungi dari banyak sekali maksiat), maka para wali Tuhan itu mahfudz (terjaga dari banyak sekali maksiat). Tuhan mengganti mujahadah (usaha keras) mereka -dalam mentaati perintah dan menjauhi larangan Tuhan (pada awalnya)-, dengan hadiah penjagaan Tuhan (pada akhirnya).
Berikut, Kisah Gus Dur dan rombongan ketika berada di Australia. Mereka hendak menghadiri sebuah undangan, terkait dengan jabatan Gus Dur -yang dikala itu menjadi ketua umum PBNU-. Karena program diselenggarakan selama beberapa hari, mereka diinapkan di sebuah hotel.
Di suatu pagi, Gus Dur bersama rombongan telah berada di depan meja makan. Mereka akan sarapan dengan hidangan yang telah disediakan oleh pihak hotel. Ketika Gus Dur akan menyantap sebuah daging, dia tidak pribadi memakannya, tetapi dia menciumnya terlebih dahulu. Tiba-tiba dia berkata, “ini jangan dimakan, ini daging babi”. Rombongan pun segera mencarikan masakan lain yang jelas-jelas halal.
H sulaiman -asisten Gus Dur yang menemaninya semenjak tahun 1986- menuturkan bahwa Gus Dur sangat menjaga masakan yang halal. Ketika mengetahui sopirnya meminum segelas minuman yang mengandung kadar alkohol ringan, dia menegurnya dengan keras, “kayak nggak ada minuman lain aja”. Dalam sebuah kesempatan -ketika menghadiri permintaan di Perancis- Gus Dur juga pernah disuguhi sebuah anggur putih, dengan halus Gus Dur pun menolaknya.
Dalam kondisi apapun seorang wali Tuhan akan menjaga semoga setiap masakan yang masuk ke dalam perutnya yaitu masakan yang benar-benar halal. Bahkan ketika orang-orang awam tidak mengetahui bahwa itu yaitu daging yang haram, wali Tuhan dapat mengetahuinya, tentu saja atas ijin Tuhan SWT. Laa haula walaa quwwata illa billah.