Ada beberapa keistimewaan yang Yang Mahakuasa berikan kepada orang-orang yang mau mendekat kepadaNya. Pendekatan kepada Yang Mahakuasa SWT bisa dilakukan dengan banyak sekali cara, salah satunya membaca Al Alquran atau lebih khusus lagi Membaca Surat Al Waqiah.
Dalam beberapa artikel sebelumnya saya pun sudah memberikan bahwa Surat Al Waqiah yaitu Suratul Ghina, Surat Kekayaan. Surat yang patut dibaca bagi siapa saja yang menginginkan kekayaan dan perubahan hidup.
Berikut ini yaitu testimoni dari salah seorang Hamba Yang Mahakuasa yang rutin membaca Surat Al Waqiah dan amalan lain (puasa sunnah san tahajjud).
Selamat membaca!
Assalamualaikum wr.wb
Saya membaca blog anda dan tertarik untuk menceritakan pengalaman langsung saya membaca surah waqiah.
Biodata saya:
Nama : LM (inisial)
Alamat : Cirebon , jawa barat
Awalnya saya menikah muda dan dikaruniai seorang anak. Dalam ijab kabul saya suami saya bekerja sebagai sales dengan gaji 500 rb perbulan. Yang terang tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga saya. Tempat tinggal saya menumpang di rumah mertua kadang kala tinggal di rumah orang bau tanah saya.
Hari demi hari, saya lalui penuh dengan kesulitan mulai dari makan membeli susu anak hingga kadang membayar hutang kantor apabila suami saya menombok barang dagangan yang expired. Astagfirullahal adzim.
Keadaan itu ditambah lagi dengan pandangan orang, keluarga,tetangga sekitar yang miris dan melecehkan keadaan saya waktu itu. Namun, saya ketika itu masih belum sensitif menghadapinya. Saya masih merasa hening tabah nrimo walaupun keadaan itu sebetulnya sangat miris (bila direnungkan).
Kesadaran saya karenanya tergugah ketika suami saya ternyata sering main perempuan. Walaupun dalam keadaan sulit, lelaki ternyata bisa saja berselingkuh (pengalaman). Secara materi memang tidak masuk akal, namun di sini konteksnya bila ada niat maka ada jalan. Karakter itu tampaknya sudah mendarah daging pada suami saya. Berganti ganti wanita dengan tampang suami yang pas-pasan. Memang tampak absurd namun itulah realitanya. Puncaknya, suami saya dikeluarkan dari perusahaan sebab memakan uang setoran hingga puluhan juta rupiah. Mertua saya harus menjual tanah untuk menutupi hutang suami saya semoga anaknya tidak dijerat polisi.
Cobaan itu yang membuat saya amat terpuruk, sakit, dan lelah. Namun saya masih punya satu modal yaitu " tidak putus asa". Saya selalu mencari jalan dan jalan dari kondisi saya tersebut. Saya mulai mengamalkan puasa sunnah dan hampir setiap hari saya mengosongkan perut saya (tanpa melihat senin atau kamis). Mungkin, itulah puncak dari ikhtiar saya melawan keadaan tersebut. Hingga saya mencari jalan lain. Saya mengontrak sebuah rumah tipe 21 yang kurang layak (kamar1, tembok batako, air sangat sulit, jauh dari manapun). Karena kondisi tidak layak tersebut, maka saya mengontrak hanya dengan 700.000 rupiah per tahun yang mana ketika itu saya hanya membayar 400.000 rupiah sebab kondisi pintu yg jebol. Uang itu saya dapat dari menjual embel-embel saya. Tujuan saya mengontrak semoga suami saya lebih bertanggung jawab dan kembali kepada istri dan anaknya setelah kejadian perselingkuhan tersebut. Waktu itu jujur saya sangat takut bercerai dengan suami sebab tidak siap menjadi janda dengan satu anak (walaupun org bau tanah saya menginginkan bercerai).
Tiap hari yang saya jalani di rumah itu yaitu sholat dluha, wirid, waqiah dan mengurus anak yang masih balita. Dalam doa, saya memohon semoga dilanggengkan rumah tangga saya dan diberi rezeki.
Singkat dongeng setelah suami saya menganggur ia mendapatkan pekerjaan yang amat indah yakni di perusahan pertambangan pertamina dengan gaji yang fantastis. Baru beberapa bulan setelahnya hal dasyat terjadi suami saya menggugat cerai saya dengan alasan ia akan menikah lagi. Saya sebetulnya sudah tidak kaget sebab gelagat suami sudah menandakan tanda-tanda tersebut. Berbagai pendapat orang-orang pun bermunculan yang mengatakan saya pasti akan menyesal bercerai dengan suami yang sedang berjaya. Namun tidak ada pilihan lain ketika seorang wanita ditalak maka saya harus iklas menjalani menjadi seorang janda.
Dari situlah saya sering menjalani tirakat (puasa sunah, sholat malam,wirid waqiah, ayat kursi) dengan ekstrim (dibaca:melampiaskan gejolak hati). Hingga pada satu titik saya bertemu dengan seoarang bujangan yang sangat menyayangi saya dan anak saya. Ia pun berniat segera menikahi saya. Saya mendapatkan lamaran ia dengan rasa syukur dan atas dasar cinta bukan kepepet sebab butuh pendamping).
Jadi, detik demi detik saya menjalani ijab kabul ini dengan rasa bahagia dan bahagia. Baru beberapa bulan menikah, saya dan suami yang gres diberi rezeki membeli rumah gres (mewah).
Rumah tersebut saya kontrakan sebab ketika ini kami menempati rumah yang diberi perusahaan (komplek elite dengan akomodasi nyaman). Gaji suami saya sekarang melebihi dari gaji mantan suami saya yang dulu (mematahkan persepsi orang bahwa saya akan menyesal bercerai dari mantan suami).
Yang paling saya ingat dan membuat saya menangis ketika teringat di kontrakan lama. Saya menadahi air hujan untuk mencuci baju sebab kehabisan air dan tidak bisa beli air literan. Saya hampir tidak percaya, saya bisa melewati keadaan sulit tersebut.
Intinya dalam keadaan apapun kita harus tetap berbaik sangka kepada Yang Mahakuasa SWT. Apa yang kita minta belum tentu yang terbaik. Saya meminta semoga langgeng namun kenyataanya bercerai. Tapi, Yang Mahakuasa SWT menggantinya dengan yang lebih baik dan diberi langgeng hingga ketika ini.
Itulah sepenggal pengalaman saya mengamalkan Surat Waqiah. Secara signifikan, kehidupan saya, keadaaan ekonomi saya jauh lebih baik. Alhamdulillah..
Salam sejahtera.
Wassalamualaikum.