Memintakan Ampun Bagi Orang Musyrik


Meskipun tidak menyatakan diri masuk Islam , Abu Thalib banyak membantu dan membela usaha Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Maka ketika pamannya itu menghadapi sakaratul selesai hidup , Rasulullah mentalqinkannya.

"Hai paman , katakanlah Laa Ilaaha Illallah' satu kalimat yang akan menjadikanku saksi bagimu di sisi Yang Mahakuasa nanti , " kata Rasulullah membisikkan ke pendengaran Abu Thalib.

Melihat hal itu , Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayah ganti membisikkan ketelinga yang satunya.

"Hai Abu Thalib , apakah engkau telah mengikari agama Abdul Muthalib?" katanya.

Meskipun demikian , Rasulullah Saw. , tetap membisikkan kalimah tahlil itu ke pendengaran pamannya yang dalam keadaan nazaq. Begitu pula dengan kedua belah pihak saling menuntun Abu Thalib. Namun hingga menghembuskan nafasnya yang terakhir , Abu Thalib tak mengucapkan lafal Laa Ilaaha Illallah.

Dengan duka Rasulullah Saw. , berkata , "Demi Yang Mahakuasa , saya akan memintakan ampun bagimu selama Yang Mahakuasa tidak melarang untuk hal ini. "

Karena peristiwa itu , maka turun wahyu Yang Mahakuasa sebagaimana yang tersebut dalam Al-Quran pada surah At-Taubah ayat 113 , yang berbunyi sebagai berikut ,

"Tidaklah patut bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang yang musyrik , walaupun itu masih kerabatnya. Sudah terperinci bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu ialah penghuni neraka jahanam. "

Wallahu a'lam.....