Kita sering mendengar perempuan dijadikan alat transaksional. Perempuan dijadikan “hadiah” untuk menyogok hakim semoga memenangkan perkara hukumnya.. Menyuap pejabat semoga syahwat politik maupun bisnisnya terpenuhi. Sekarang prilaku bejat itu dicontoh belum dewasa muda ibarat kasus di Bengkulu , 14 orang abg memperkosa seorang gadis. Mengerikan!
Siapa bekerjsama biang kerok kerusakan agama dan negara , sehingga masyarakat terus menerus dirundung nasib tragis? Ada dua faktor utama sebagai penyebabnya:
Pertama , kerusakan agama dipicu oleh sikap ulama. Krusakan agama yang diproduksi oleh ulama , tokoh agama , ialah memasukkan unsur bid’ah sebagai adegan dari aliran agama.
Membangkitkan aliran Syiah yang menghalalkan mencerca sobat Nabi Saw dan menista istrti dia ialah produksi ulama. Munculnya Ahmadiyah dengan aliran , “ada nabi setelah Nabi Muhammad” ialah kerjaan ulama.
Ulama lah yang mencarikan dalil untuk membenarkan kesesatan masyarakat maupun kezaliman penguasa. Berbuat sesat tapi punya alasan menggunakan dalil agama , tidak mungkin dilakukan orang awam , melainkan ulama. Merekalah yang memberikan soal-soal keagamaan yang keluar dari aliran kitab suci , karena merasa punya otoritas religius.
Bid’ah merupakan salah satu duduk perkara pokok dalam Islam. Karena bid’ah lah , berapa banyak darah tertumpah akhir saling membunuh sesama muslim. Bagaimana kelompok khawarij menumpahkan darah khalifah Utsman bin Affan. Kekompok Syiah menumpahkan darah kaum muslim dan memicu permusuhan di negara-negara Islam. Beberapa waktu lalu di Jawa Timur muncul Banser dan Anshar menurunkan bendera yang mengajak menegakkan khilafah , dengan alasan anti Pancasila. Sementara mereka tidak bereaksi saat PKI muncul dengan kaos bergambar palu arit , padahal PKI ialah pemberontak terhadap NKRI. Bahkan mereka ikut dalam program sesat Syiah.
Perbuatan bid’ah dilindungi dan dibela oleh ulama dan penguasa. Bid’ah lawannya Sunnah.
Imam Asy Syatibi menyatakan: “Munculnya perpecahan dan permusuhan sesama Muslim saat muncul kebid’ahan.” Begitupun Ibnu Taymiah pernah berkata , “Bid’ah itu identik dengan perpecahan , sebagaimana sunnah identik dengan persatuan.”
Kedua , kerusakan negara dilakukan oleh penguasa dengan memproduksi kezaliman. Untuk menguatkan kezalimannya , penguasa membutuhkan sumbangan ulama. Kolaborasi ulama su’ dan penguasa zalim , sangat berbahaya bagi kepentingan rakyat.
Berkembangnya opini mungkar , “hubbul wathan minal kepercayaan (cinta tanah air ialah adegan dari iman” datangnya dari ulama. Begitupun munculnya pernyataan sesat yang membenarkan muslim mengangkat pemimpin kafir , “Pemimpin kafir yang jujur lebih baik dari pemimpin Muslim yang korup” ialah produk ulama bejat. Bahkan tidak segan memanipulasi pendapat ulama lain untuk menguatkan kesesatannya.
Lalu bagaimana , menurut Islam , langkah konkrit meluruskan bid’ah yang diproduksi ulama sesat dan mengatasi kezaliman penguasa , dijelaskan dalam Al-Qur’an. Apa penyebab keterpurukan agama dan kehidupan dunia diterangkan dalam ayat berikut:
“Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa mukjizat-mukjizat yang jelas. Kami telah turunkan kitab suci dan syari’at yang adil bersama para rasul , semoga insan menegakkan keadilan. Kami telah menurunkan besi yang mempunyai kekuatan andal dan sangat bermanfaat bagi manusia. Yang Mahakuasa hendak menguji insan , siapa di antara insan yang mau membela agama dan rasul-Nya karena beriman kepada yang ghaib. Sungguh Yang Mahakuasa Mahakuat lagi Mahaperkasa. (QS Al-Hadiid (57) : 25)
Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim. Kami telah menunjukkan kenabian dan kitab suci kepada anak keturunan mereka. Di antara anak keturunan Nuh dan Ibrahim ada yang mendapat hidayah , tetapi sebagian besar dari mereka kafir. (QS Al-Hadiid (57) : 26)
Kemudian Kami susulkan beberapa; orang rasul kepada generasi-generasi berikutnya. Kami susulkan pula ‘Isa bin Maryam. Kami turunkan Bibel kepada ‘Isa bin Maryam. Kami masukkan rasa kasih sayang , santun , dan sifat menjauhkan diri dari hawa nafsu ke dalam hati pengikut-pengikut ‘Isa. Adapun para pendeta Katolik yang hidup membujang , mereka telah merekayasa syari’at palsu yang sama sekali tidak pernah Kami tetapkan bagi mereka. Mereka sendiri yang merekayasa dengan alasan untuk mencari keridhaan Allah. Para pendeta itu terbukti tidak memperhatikan aliran Bibel secara benar. Di alam abadi kelak , Kami akan menunjukkan pahala kepada Bani Israil yang beriman. Tetapi sebagian besar dari Bani Israil itu kafir.” (QS Al-Hadiid (57) :27)
Bahwa Yang Mahakuasa Subhanahu wa Ta’ala mengutus para rasul kepada umat insan untuk memperbaiki kerusakan yang mereka timbulkan. Para utusan itu juga diutus untuk menegakkan keadilan , dan cara menegakkannyapun dijelaskan pada ayat ini. Karena itu , insan tidak akan mungkin mampu menegakkan keadilan tanpa mengikuti jalan dan methode yang ditempuh para rasul itu.
Menegakkan keadilan , bukan saja pada insan tapi juga pada alam semesta , merupakan hal prinsip dalam Islam. Kezaliman mampu dilenyapkan bila keadilan ditegakkan. Akan tetapi mustahil keadilan dapat ditegakkan di atas landasan hawa nafsu. Karena itu pula , penguasa manapun baik muslim maupun kafir kalau zalim pasti akan dibinasan oleh Yang Mahakuasa Subhanahu wa Ta’ala.
Keadilan merupakan aksioma kehidupan manusia. Hilangnya keadilan merajalelanya kezaliman. Dan keadilan mustahil mampu tegak tanpa menegakkan Syariah Ilahy. Penguasa Indonesia hari ini , tidak peduli syariat Yang Mahakuasa , dan segala bentuk kerusakan pun terjadi tanpa mampu ditanggulangi. Firman Yang Mahakuasa Subhanahu wa Ta’ala:
“Setiap nabi yang Kami utus ke suatu negeri , pasti ada penduduknya yang mengingkari kenabiannya. Karena itu Kami timpakan kesulitan dan penderitaan kepada mereka , supaya mereka mau taat kepada Allah. (QS Al-A’raaf (7) : 94)
Kemudian Kami gantikan nasib buruk mereka dengan nasib yang lebih baik. Ketika kaum nabi itu mencapai kemakmuran dan jumlah mereka semakin banyak , mereka berkata: “Kesengsaraan dan kesejahteraan yang pernah menimpa nenek moyang kami disebabkan perubahan kondisi alam.” Mereka tidak menyadari kesesatannya , maka Kami timpakan siksa kepada mereka secara mendadak. (QS Al-A’raaf (7) : 95)
Sekiranya penduduk banyak sekali negeri mau beriman dan taat kepada Yang Mahakuasa , niscaya Kami akan bukakan pintu-pintu berkah kepada mereka dari langit dan dari bumi. Akan tetapi karena penduduk negeri-negeri itu mendustakan agama Kami , maka Kami timpakan adzab kepada mereka akhir dari dosa-dosa mereka. (QS Al-A’raaf (7) : 96)
Serial Kajian Malam Jum’at , 5 Mei 2016 , di Masjid Raya Ar Rasul , Jogjakarta.
Narsum: Amir Majelis Mujahidin , Ustadz Muhammad Thalib.
Notulen: Irfan S Awwas
Sumber: arrahmah.com