Hikmah Pengaruh Manfaat Makanan Halal

Tujuan pengaruh pesan yang tersirat memakan mengkonsumsi makanan yang halal bagi insan dan kesehatan tidak sedikit jumlahnya. Karena memang Yang Mahakuasa Ta'ala memerintahkan insan untuk memakan yang halal dari makanan sebelum memerintahkan mereka untuk mengerjakan amal shalih.

Karena makanan yang dikonsumsi seseorang memberi pengaruh yang kuat dalam amal-amal yang dikerjakannya. Termasuk juga manfaat makanan halal bagi kesehatan insan itu sendiri.

Yang Mahakuasa Subhanahu Wa Ta'ala berfirman yang artinya :
"Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kau kerjakan." (QS. Al-Mukminun: 51)
Hikmah Pengaruh Manfaat Makanan Halal

Halal berasal dari bahasa arab yaitu dibolehkan, disahkan, diizinkan. Menurut istilah suatu makanan atau minuman tersebut dinyatakan sah atau boleh dikonsumsi.
Makanan minuman halal terbagi menjadi ada dua, yaitu :
  1. Halal zatnya. Makan dan minuman berasal dari barang yang halal.
  2. Halal cara memperolehnya makanan dan minuman diperoleh dengan cara yang sah.
Menurut Islam, hukum asal semua makan dan minuman yaitu halal, kecuali apabila agama menyatakan haram.

Mengapa Yang Mahakuasa menyuruh kita memakan dan meminum yang halal? Ternyata makanan dan minuman yang haram itu memiliki banyak mudharatnya. Di antaranya merupakan sumber penyakit sehingga membuat badan menjadi lemah. Lebih parah lagi, kita akan menjadi orang yang dibenci Yang Mahakuasa dan Rasul-Nya.

Marilah wahai generasi Islam, kita memakan dan meminum yang halal biar badan menjadi sehat, biar bisa lebih rajin beribadah yang nantinya mendapatkan ridho Yang Mahakuasa Swt.

Pentingnya Memakan Makanan Yang Halal Dan Sehat


Yang Mahakuasa menekankan perintah pentingnya memakan makanan yang bergizi di samping halal yaitu sebab untuk kebaikan insan itu sendiri. Makanan bergizi merupakan makanan yang sangat diperlukan oleh badan insan untuk memperoleh kualitas kesehatan yang baik. Dan kesehatan yang baik berarti sangat besar lengan berkuasa terhadap kualitas logika dan rohaninya.

Untuk itulah, konsumsi makanan yang bergizi dalam kadar yang cukup untuk menjaga keseimbangan kita menjadi keharusan agama. Keseimbangan mental yang didukung oleh kualitas kesehatan badan kita akan meningkatkan kesalehan ritual dan sosial.

Manfaat Makanan yang Halal Bagi Kesehatan, Keimanan, dan Perilaku Manusia

Ajaran Yang Mahakuasa yang mengharuskan kita untuk selalu menjaga kehalalan pangan yang kita konsumsi sudah pasti mengandung aneka macam maksud dan manfaat. Di samping sebab alasan yang bersifat lahir (yaitu menjaga keseimbangan kesehatan dan tubuh), juga mengandung hikmah-hikmah batin yang tidak semuanya bisa disentuh oleh kemampuan logika manusia.

Manfaat yang bisa dirasakan secara eksklusif dari makanan halal terhadap kesehatan, keimanan, dan perilaku antara lain yaitu menjaga keseimbangan jiwa insan yang hakikatnya suci (fitrah) sebagaimana gres dilahirkan di dunia.

Menumbuhkan sikap juang yang tinggi dalam menegakkan aliran Yang Mahakuasa dan Rasul-Nya di bumi, dapat membersihkan hati dan menjaga verbal dari pembicaraan yang tidak perlu, dan menumbuhkan kepercayaan diri di hadapan Allah.

Yang Mahakuasa Ta’ala Mahabaik dan hanya mendapatkan yang baik. Maka orang-orang beriman pun hanya melaksanakan kebaikan yang beliau persembahkan kepada-Nya dengan cara yang paling baik pula. Apalagi dalam soal makanan, orang-orang mukmin tidak pernah menganggapnya sebagai sesuatu yang remeh.

Makanan yang halal dan baik yaitu kunci keberkahan. Ianya juga menjadi sarana mujarab bagi terkabulnya doa yang dipanjatkan. Selain itu, makanan yang halal juga menjadi sarana efektif untuk melembutkan hati seorang hamba sampai mudah mendapatkan kebenaran dari Yang Mahakuasa Ta’ala dan Rasulullah, serta menjadi jalan kekuatan untuk melaksanakan ketaatan dan meninggalkan maksiat.

“Barangsiapa yang mengonsumsi makanan halal,” sabda Nabi kepada ‘Ali bin Abi Thalib, “maka agamanya akan bersih, hatinya menjadi lembut, dan tiada penghalang bagi doanya.”

Inilah kuncinya. Siapa saja yang mendambkan murninya keislaman dalam diri, kelembutan hati sampai menghiasi seluruh aktivitas, dan terkabulnya doa, jalannya yaitu dengan memuaskan diri dengan makanan yang halal.

Pasalnya, sebagaimana disebutkan dalam kelanjutan hadits di atas, “Siapa saja yang mengonsumsi makanan syubhat, maka agamanya menjadi samar-samar dan hatinya menjadi kelam.”

Betapa mengerikannya. Dua akhir fatal ini akan menimpa siapa pun di antara kita yang tidak pernah meneliti asal-usul materi makanan bagi badan yaitu :
  • Hati yang kelam dan agama yang samar.
  • Bentuknya bisa berupa : Beridentitas muslim, tapi kelakuannya bertentangan dengan ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Setingkat lebih parah yaitu mereka yang berani-beraninya menikmati makanan haram. Ganjarannya, tutur Nabi mengakhiri haditsnya ini, “Hatinya akan mati, agamanya menjadi goyah, keyakinannya melemah, dan ibadahnya semakin berkurang.”

Sangat mengerikan. Padahal, apa yang dimakan, sejatinya tak jauh dari soalan yang kelak dibuang. Bahkan, ‘Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan, “Siapa yang hanya sibuk dengan aneka macam jenis makanan, maka sejatinya ia hanya sibuk dengan apa yang kelak dikeluarkan dari dubur.”

Bahaya Dampak Akibat Makanan yang Diperoleh dari Cara yang Haram


Yang Mahakuasa SWT dengan sangat tegas sudah melarang kepada kaum muslimin untuk tidak sekali-sekali memakan sesuatu yang diperoleh dari cara haram. Namun demikian, ada beberapa problem yang dianggap mendapat perhatian yang serius dalam aliran islam.

Sementara problem itu hampir-hampir membudaya di lingkungan masyarakat kita, yaitu makan hasil riba, makan harta anak yatim yang diambil dengan cara batil, dan makan hasil korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Semua itu janganlah sekali-sekali dilakukan, sebab makanan yang dihasilkan dari cara yang tidak halal akan berakibat buruk di darul abadi kelak.