Warga Cina Bahagia Tinggal Di Indonesia Sebab Di Indonesia Bebas Berbuat Apa Saja

Maunya Dianggap Sebagai Warga Kelas Satu. Orang Cina Paling Bahagia Tinggal di NKRI, Jawa dan Sunda Digeser. Saat ini jumlah penduduk di Cina (RRC) mencapai 1,5 miliar. Bayangkan, dengan jumlah penduduk sebanyak itu, masuk akal kalau negara tersebut sudah overload dan kini hendak berimigrasi besar-besaran.


Yang menjadi tujuan mereka yaitu negara-negara Asia. Singapura, Filipina dan Malaysia sudah ‘dijajaki’. Bahkan negara-negara tersebut sudah menjadi negara Cina dengan jumlah penduduk imigran asal Cina membludak.


“Indonesia menjadi target mereka berikutnya,” demikian Bambang Smit, Ketua Umum Gerakan Pribumi Bersatu, ditemui Roemah Priboemi di Jalan Pejambon 1, Jakarta Pusat, Senin (15/6/2015).


Smit mengatakan, dikala ini etnis Cina di Indonesia ingin mencari ‘teman’. Mereka mengundang saudara-saudara mereka dari RRC untuk tiba ke Indonesia dan menjadi orang-orang kelas satu di negeri ini.


“Maklum, populasi di RRC sudah overload dengan jumlah 1,5 miliar. Sedang penduduk Indonesia jumlahnya 200 juta. Etnis Cina Indonesia ingin menyebabkan negara ini menjadi Cina. Suku-suku orisinil Indonesia semisal Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Madura, Dayak, Papua, mau dijadikan nomor dua,” ujar Smit.


Ditambahkan, “Kita hitung saja kini suku Jawa menyusut menjadi 45 persen atau 110 juta dari 245 juta pnduduk RI, suku SUNDA 11 persen atau 27 juta, sedang etnis Cina kini mencapai 10 juta atau 24,5 juta. Bayangkan kalau 10 juta orang Cina RRC masuk, maka total penduduk menjadi 255 juta. Orang Jawa menjadi 32 persen, orang Cina menjadi 13,5 persen ato 34,5 juta. Dan orang Sunda turun menjadi cuma 7,6 persen. Ini benar-benar penjajahan yang luar biasa,” ungkap Smit.


Menurut Smit, orang Cina Indonesia dan RRC memang berencana mau menguasai NKRI. Modal mereka uang receh dan muka manis di depan para pejabat bermental Cina.


“Dunia mulai tahu, RRC diperkirakan tidak bisa menyediakan makan penduduknya yang makin bengkak. Karena itu warganya mulai mengembara ke negara-negara lain. Mereka mengembara di Asia, Afrika dan Amerika Latin sebagai Hoa Kiauw atau Overseas Chinese. Yang paling memperlihatkan rasa kondusif dan senang yaitu NKRI,” terangnya.


Baca Juga Waspadai Orang Cina “Tartar” Hoakiauw Perusak Negara Orang-orang Cina semua sama. Tidak punya rasa malu. Mereka tiba ke negeri orang dan ingin dianggap kolam raja. Baca Juga Para Singkek Hidup Bak Raja di Negeri Pribumi “Hegemoni orang Cina ini benar-benar keterlaluan. Mereka bakal memperluas hegenominya hingga NKRI yang tanah dan lautnya sangat luas. Sebagai anak bangsa, kita dihentikan membiarkan hal ini,” imbuhnya.


Karena itu Smit mengingatkan semoga pribumi bersatu untuk melawan penjajahan terhadap Cina. “Sahabat pribumi, di mana pun Anda berada, apapun suku dan agama Anda. Kita punya tanggungjawab yang sama terhadap bangsa dan negara. Republik Indonesia didirikan berdasar komitmen bersama yang diwakili oleh para pendiri bangsa yakni Soekarno-Hatta dkk dengan tujuan kesejahteraan dan keadilan untuk pribumi, bukan untuk warga Cina. Makanya pribumi yaitu warga negara kelas satu di republik ini,” urainya.


Smit menambahkan, ada dua hal yang sanggup mengambarkan bahwa negara Indonesia yaitu milik pribumi. Pertama, konstitusi Indonesia (UUD 1945 yang asli) menyebutkan perihal calon Presiden RI harus warga Indonesia orisinil (pribumi). Hal tersebut menjelaskan perihal kelas kewarganegaraan. Kedua, pengusiran etnis Cina dari Indonesia tahun 1959 (PP 10 1959) oleh pemerintahan Soekarno dilakukan alasannya yaitu etnis Cina tidak mau mengakui pribumi sebagai warga negara Indonesia kelas satu.


“Ini fakta sejarang bangsa yang tak terbantahkan dan harus disampaikan pada generasi selanjutnya, dihentikan ditutup-tutupi. Jaman Presiden Soeharto, etnis Cina juga dibatasi dengan hal kecil yaitu pemakaian nama Cina. Yang menjadi pertanyaan dikala ini, apakah warga keturunan Indonesia memberi manfaat untuk pribumi dan negara ini? Apakah pengusiran terhadap warga keturunan Cina sanggup dilakukan kembali menyerupai yang pernah dilakukan Pemerintah Indonesia tahun 1959?” Tutup Smit.