Cerita Gadis Filipina Yang Masuk Islam

Gadis Filipina: Ketenangan Suara Adzan Mendamaikan Hati, Saya Pilih Islam PERJALANANNYA dimulai ketika ia bekerja di Saudi, namun awal mula mendapat hidayah sesudah mendengar dan mencicipi ketenangan ketika adzan berkumandang di sebuah masjid bersahabat rumahnya di Manila. 

Aisha Canlas, gadis Kristen asal Filipina bercerita perihal awal mula ia mengucapkan syahadat dan hasilnya memeluk Islam.. “Saya selalu memejamkan mata dan mencicipi ketenangan dan kedamaian dalam hati meski saya tidak tahu arti kata-kata dalam azan itu,” kenang Canlas.

“Namun ketika itu saya tidak terpikir untuk mencari tahu perihal Islam, apalagi memeluknya. Saya hanya suka mendengar bunyi adzan.” Canlas kemudian tetapkan bekerja di Arab Saudi supaya bisa memperlihatkan masa depan yang lebih baik untuk keluarganya.

“Sebelum saya tiba ke sini (Riyadh), saya yaitu seorang Kristen sebab orang bau tanah saya juga Katolik. Namun saya mulai mencar ilmu perihal budaya dan negara Saudi secara keseluruhan di sini, mulai dari bahasa sampai tentu saja agamanya. Saya ingin tau perihal Islam.”

Sampai kemudian Canlas menemukan sebuah madrasah di lingkungan beliau bekerja. Dia tetapkan untuk ikut mendaftarkan diri di madrasah itu dan mulai mengikuti pelajarannya bersama dua temannya sempurna pada 15 Januari 2008.

“Waktu pertama masuk, saya jadi sentra perhatian. Selain sebab anak baru, saya satu-satunya non-Muslim. Saya mendengarkan klarifikasi perihal Islam, Al-Quran, Rasulullah dan Tuhan SWT.” Sejak ketika itu, Canlas semakin memahami Islam dan mulai berpikir untuk menjadi bagiannya. Namun sebelum benar-benar menjadi Muslim, Canlas minta izin kepada ibunya di Filipina.

“Alhmadulillah, ibu tidak keberatan. Ibu hanya takut kalau saya sudah jadi Muslim, saya akan melupakan orang bau tanah dan saudara.” Canlas menyampaikan kepada ibunya bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk selalu menghormati orang tua, terutama ibu.

Pada 24 Januari 2008 Canlas benar-benar mengucapkan syahadat di hadapan guru dan siswa-siswa madrasah lainnya. Canlas tak bisa mengungkapkan perasaannya ketika mengucapkan kalimat syahadat. “Yang saya tahu, sesudah bersyahadat hati saya ibarat terlepas dari banyak sekali beban yang sangat berat. Akhirnya, saya menemukan kedamaian yang saya cari selama hidup saya. Menjadi Muslim sungguh berbeda.”

Canlas patut berbahagia, sebab tidak usang sesudah menjadi mualaf, beliau berkesempatan menunaikan umrah pada 5 Maret 2008. Canlas menyampaikan umrah tersebut merupakan pengalaman yang Istimewa dan tak terlupakan.