Dalam diskursus Perayaan Maulid Nabi banyak dari kalangan ikhwan yang masih belum tahu mengenai sumber dalil yang dipakai supaya sanggup memperlihatkan pemahaman bahwa maulid memang pekerjaan yang sesuai syariat sehingga perlu adanya kita menghadirkan dalil-dalil ilmiah dengan konsep tanya jawab seputar maulid.
Tanya : Apakah maulid itu?
Jawab : Maulid diambil dari kata bahasa arab “Walada-yalidu” yang bermakna ‘Kelahiran.’ yaitu kelahiran baginda Nabi Muhammad Saw. adapun dalam pelaksanaannya maulid merupakan acara keagamaan yang terkandung asensi ayat suci al Qur’an, dan disertakan kisah-kisah seputar kehidupan Nabi Muhammad Saw. dan di dalamnya terdapat kebanggaan dan sholawat dalam bentuk syair. Di simpulan program terkadang sebagian orang berzakat makanan untuk sesama.
Tanya : Siapakah orang yang pertama kali merayakan maulid?
Jawab : Yang merayakan maulid pertama kali yakni penguasa kota Irbil yaitu Raja Mudzoffar Abu Said Kaukabari bin Zainuddin yang merupakan raja yang terpuji dan pembesar yang dermawan. Ibnu Katsir berkomentar tentangnya “beliau melaksanakan maulid pada robiul awal dan memperingatinya dengan meriah, merupakan sosok yang santun, pemberani, cerdik, dan adil semoga Alloh merahmati beliau. (Hawi lil fatawi hal.292)
Tanya : “Apa pandangan Ulama mengenai Maulid Nabi?”
Jawab : Imam jalaluddin As-Suyuthi ketika ditanya perihal maulid dia menjawab secara Eksplisit dengan sebuah karya kitab yang diberi nama ‘husnul maqosid Fi Amalil maulid’ berdasarkan beliau:: “hukum asal maulid nabi yang mana di dalamnya terdapat orang yang membaca ayat suci al Alquran dan hadits nabi perihal perangai Rosululloh. Begitu juga ayat yang ada kekerabatan dengan dongeng kenabiannya. Dilanjutkan dengan program ramah tamah kemudian bubar tidak lebih dari itu, maka itu yakni Bid’ah Hasanah dan diberi pahala bagi pelakunya (Husnul Maqsod Hal.251-252).
Imam Suyuti juga berkata bahwa suatu ketika Imam Ibnu Hajar ditanya perihal Maulid dia menjawab: “asal-muasal amalan maulid (seperti yg ada ketika ini) yakni Bid’ah, dan tidak pernah dinuqil dari para salafus sholih, bersamaan dengan hal tersebut terdapat amalan yang baik di dalamnya dan menjauhi sebaliknya. Maka barangsiapa yang berusaha mengamalkan (yang baik didalamnya) dan menjauhi sebaliknya maka amalan ini hukumnya Bid’ah hasanah dan tidak begitu kalau sebaliknya. (Hawi Lilfatawi Hal.282).
Dari dua komentar diatas terperinci menyampaikan merayakan maulid itu boleh selama tidak ada kemungkaran di dalamnya.
Ibnu Taimiah berpendapat: "memulyakan hari kelahiran dan menjadikannya sebagai ritual musiman telah dikerjakan oleh sebagian orang dan menjadikannya mendapat pahala yang sangat agung lantaran bagusnya tujuannya dan memulyakannya kepada Rosululloh Saw. "(siroh halabiah juz.1 hal.84-85)
Sayyid Zaini Dahlan berkata: "termasuk sebagian cara pemghormatan kepada Nabi yakni merasa senang pada hari kelahirannya." (addurorus saniyah hal.190)
Tanya : “Adakah ulama yang mengarang kitab tetang kebolehan maulid?”
Jawab : Tentu saja, berikut diantara nama-nama Ulama beserta karyanya.:
1. Kusnul maqsod fi amalil maulid (Imam Jalaluddin As-Suyuthi)
2. Khulasotul kalam fi ihtifal bi maulidi khoiril anam (Syeh Abdulloh bin Syeh Abu Bakar bin Salim)
3. Ihtifal bil maulid (DR. Said Ramadhon Buthi) 4. Haulal ihtifal bil maulid nabawi (Prof DR Muhammad bin Alwi al Maliki)
5. Ihtifal bil maulid bainal muayyidin wal muaridlin (Abil Hasanain Abdulloh al Husaini al Makky) dll.
Sementara ulama hebat hadits yang merangkum sejarah Nabi dalam bentuk maulid sangat aneka macam diantaranya:
1. Al Hafidz Abil Fida’ ibn Katsir 774 H (maulidnya ditahqiq DR. Sholahuddim Munjid)
2. Al Hafidz Abil Fadhl Abdurrochim al kurdi 806 H
3. Al Hafidz Abul Khoir Muhammad As-Sakhowi 902 H
4. Al Hafidz Abdurrohman Ali Assyibani 994 H (maulidnya yang ditahqiq Sayyid Muhammad al Maliki)
5. Al Hafidz Mula Ali Al Qori 104H (mauridurrowi fi maulid nabawi)
6. Al Hafidz Muhammad bin Abu Bakar al Qisi 842 H (jamiul atsar fi maulidil mukhtar)
7. Al Hafidz Al Iroqi 808 H (mauridul hani fi maulid assunni) dan masih banyak ulama lainnya.
Tanya : Apakah dalil kebolehan Maulid?
Jawab : Sebelumnya kita perlu melihat interpertasi maulid itu sendiri. Asensinya kalau kita mau tau hukumnya kita liat apa pekerjaannya. Adapun pekerjaan dalam maulid diantaranya yakni membaca ayat suci al Quran, membaca sejarah nabi, mahallul qiyam, i’tikaf di masjid, membaca syair di masjid, doa mendekatkan diri kepada Alloh, Dzikir berjamaah, Tausiah dan nasehat, menghidupkan syiar islam, sedekah.
Beberapa hal yang disebutkan di atas para ulama setuju mengenai kebolehannya mungkin sebagian orang kurang percaya mengenai dalil kebolehan dua hal yaitu mahallul Qiyam dan menbaca syair kebanggaan bekerjsama bagaimana hukumnya?
Tanya : Mengapa kita pada hari kelahiran Nabi harus senang, apakah mendapat pahala?
Jawab : Ungkapan rasa senang di ketika kelahiran baginda Nabi yakni wujud rasa syukur kepada Alloh alasannya dengan lahirnya dia agama Islam ini ada. Dan agama Islam hingga di tangan kita semua. Dikisahkan seorang perempuan yang bernadzar ingin menabuh rebana di bersahabat nabi bahkan di bersahabat kepala dia kalau Nabi tiba dalam keadaan selamat, maka apa tanggapan Nabi “laksanakan nadzarmu”!.
Bukankah kita semua tahu akan tidak bolehnya bernadzar dalam kasus yang mubah dalam fiqh, dan tidak ada yg lebih mulia dari kepala Nabi Muhammad di alam semesta ini. Tetapi dalam kenyataannya Nabi memperbolehkan. mengapa begitu? Karena Nabi mengetahui bahwa hal ini di barengi dengan perasaan senang, cinta dan ta'dzim kepada beliau.
Dikisahkan juga bahwa Abu Lahab yang merupakan orang yang sangat kejam terhadap Nabi diriwayatkan dalam hadits shohih bahwa setiap hari Senin ia diringankan dari siksa neraka lantaran disaat Nabi lahir Abu Lahab bergembira dan memerdekakan budaknya yang berjulukan Tsuwaibah yang menjadi ungkapan kebahagiaan atas kelahiran ponakannya. dalam hal ini imam Al Hafidz Syamsyuddin Muhammad Nasirruddin ad Dimsyiqi:
اذا كان هذا كافرا جاء ذمه # وتبت يداه في الجحيم مخلدا
اتى انه في يوم الاثنين دائما # يخفف عنه للسرور بأحمد
فما الظن بالعبد الذي كان عمره # باحمد مسرورا ومات موحدا
”Jika orang ibarat Abu Lahab saja yang jelas-jelas jahat dan disiksa di neraka,setiap hari Senin diringankan siksanya alasannya ia bergembira dengan lahirnya Nabi Muhammad, maka apalagi kalau yang bergembira seorang muslim yang sepanjang hidupnya bergembira atas lahirnya Nabi Muhammad dan wafat dalam keadaan Islam.”
Tanya : Apakah landasan aturan Mahallul qiyam?
Jawab : Mahallul Qiyam kalau kita artikan ke dalam bahasa Indonesia bermakna daerah kita berdiri. Yaitu ketika moment detik-detik kelahiran baginda besar Nabi Muhammad Saw. ketika kita bangun itu memperlihatkan mulut kebahagiaan dan dan penghormatan atas lahirnya Rosululloh Saw. sebagian orang menganggap tidak boleh bangun memulyakan orang lain. Namun dalam hadits sendiri Rosululloh s.a.w memerintahkan sahabat Anshor untuk bangun ketika kedatangan pemimpin mereka nabi berkata:
قوموا لسيدكم
"berdirilah atas kedatangan pemimpin kalian."
Sementara ulama menjelaskan apa kandungan mahallul qiyam:
وقد سن اهل العلم والفضل والتقى # قياما على الاقدام مع حسن الامعان
بتشخيص ذات المصطفى وهو حاضر باي مقام فيه يذكر بل دان
"Para ulama memulai pekerjaan ini (mahallul qiyam) dengan meresapi dongeng dia dan membayangkan sosoknya yang agung bahkan dan tidak hanya dalam hal ini namun dalam segala kondisi.”
Contoh lain hadits dari Sayyidah Fatimah Azzahra putri Nabi yang bangun kalau Nabi hadir, Rosululloh pun begitu ketika Fatimah hadir dalam Sunan Abi Dawud no.5217 yang artinya:
“Sayyidatina Fatimah ketika masuk menghadap Nabi, maka dia (Nabi) bangun dan mencium fatimah kemudian mempersilahkan duduk di tempatnya. Begitupun Rosul ketika masuk kehadapan Fatimah maka Fatimah bangun dari daerah duduknya kemudian Nabi menciumnya dan Fatimah mempersilahkan Nabi duduk di tempatnya.”
Pada prakteknya ketika kita bangun yang kita lakukan yakni memuji, bersholawat, bersyukur atas anugerah Aalloh yang menghadirkan keistimewaan dari kehadiran kekasihnya Nabi Muhammad Saw. Alloh subhanahu wata’ala menyuruh kita berdikir kapan saja dimana saja dan kondisi apa saja.
قال الله تعالى : واذكرو الله قياما وقعودا وعلى جنوبكم
Bahkan ulama juga angkat bicara mengenai kebolehan mahallul qiyam dan secara detail dijelaskan dalam satu kitab khusus yang berjulukan ‘Attarkhis Bil Qiyam lidzawil fadhl wal maziyyah min ahlil islam’ yang dikarang oleh Al Imam Nawawi.
Tanya : Apakah Nabi memperbolehkan sahabat memuji Beliau?
Jawab : Tentu saja Nabi memperbolehkan. Ccoba kita telisik kitab ‘Al Isti’ab fi ma’rifatil Ashab’ perihal hadits Khorim bin Aus bin Haritsah yang mana ia berkata : “aku berhijrah kepada Rosululloh selepas dari perang tabuk dan saya memutuskan untuk masuk Islam, kemudian saya mendengar Abbas bin Abdul Mutholib berkata : “Ya Rosulalloh sesungguhnya saya ingin memujimu." Nabi menjawab: "katakanlah tidak akan pecah gigimu. Lalu Abbas mengutakan syair pujian
من قبلها طبت في الظلال وفي # مستودع حين يخصف الورق
ثم هبطت البلاد لا بشر # انت ولا مضغت ولا علق
Dan setiap orang yang didoakan Nabi ibarat kepada Abbas giginya infinit hingga tua.
Tanya : Adakah bukti lain sahabat memuji Nabi?
Jawab : Berikut nama beberapa sahabat beserta syairnya yang dalam sejarah pernah memuji Nabi diantaranya:
Ka’ab bin Zuhair bin Abi Sulma
بانت سعاد فقلبي اليوم متبول # متيم إثرها لم يجز مكبول
Hasan bin tsabit
شق له من اسمه كي يجله # فذوا العرش محمود وهذا محمد
Bujair Bin Zuhair al Muzani
اتانا نبي بعد يأس وفترة # من الله والأوثان في الأرض تعبد
Abbas bin Madras
وانت لما ولدت اشرقت ال # ارض وضائت بنورك الأفق
Nabigho Al Ja’di
ونحن أناس لا نعود خيلنا # إذا ما التقينا ان تحيد وتنفرا
Tanya : Tolong disebutkan siapa ulama yang juga memuji Rosululloh ?
Jawab : Ulama juga tak ingin ketinggalan dalam menggapai cinta Rosululloh Saw. mereka ramai-ramai mengarang syair kebanggaan akan saya sebutkan beserta penggalan syairnya seperti:
Al imam al Hafidz Ibnu Daqiq berkata
شرف المصطفى رفيع عماده # ليس يحصى بكثرة تعداده
Al imam Al Hafidz Ibnu Hajar al Atsqolani berkata dalam syairnya
يا سعد لو كنت إمرأ مسعودا # ما كان صبري فى النوى مفقودا
Al Imam Aminus Syuaro’ Ahmad Syauqi berkata
ولد الهدى فاكائنات ضياء # وفم الزمان تبسم
Tanya : Kenapa banyak orang melaksanakan maulidan pada hari kamis dan bulan robiul awal?
Jawab : Sebenarnya melaksanakan maulid boleh kapan saja, adapun maulidan di hari Jumat alasannya berlandasan kepada hadits Nabi
اكثروا الصلاة علي يوم الجمعة وليلة الجمعة فمن صلى علي صلاة صلى الله عليه عشرا )سنن البيهقي ٥٤٩٠)
"Perbanyaklah sholawat atasku di hari Jumat dan malam Jumat, dan barangsiapa bersholawat sekali maka Alloh akan beraholawat atasnya 10 kali.”
Mengenai perayaan di bulan Robiul Awal maka ada baiknya kita lihat sejarah, ketika seseorang berpuasa Asyuro mereka berpuasa atas keberhasilan Nabi Musa, dan ketika hari Idul Adha kita berkorban mengenang jasa Nabi Ismail, dan ketika Robiul Awal kita memperingati lahirnya Nabi Muhammad Saw. Rosululloh bersabda:
قال شارخ البخاري شهاب الدين القصطلاني : فرحم الله امرء اتخد ليالي شهر مولده المبارك اعيادا ليكون اشد علة على من في قلبه مرض
“Maka Alloh mengasihani seseorang yang menyebabkan hari kelahirannya sebagai hari raya (untuk mensyukuri) supaya menjadi penyakit yang parah bagi orang yg dihatinya terdapat penyakit.”
Kelahiran Nabi Muhammad merupakam kelahiran yang istimewa lantaran pada bulan ini tidak perayaan lain selain kelahirannya. sementra kalau kita lihat bulan lain terdapat banyak keistimewaannya. oleh lantaran itu, ini memperlihatkan bahwa keagungannya secara istiqlaliyah atau terkhusus kepada dia saja.
Dari beberapa pertanyaan di atas kita sanggup simpulkan bahwa Maulid Nabi bukanlah hal yang tidak boleh agama lantaran Maulid Nabi yakni ungkapan kita dan bentuk syukur kita dengan adanya Nabi Muhammad Saw.
Tarim 15 Desember 2015
Oleh : Moh Nasirul Haq (Santri Rubat Syafi’ie Mukalla Yaman) via santri.net