Gus Mus; Media Online Dikuasai Orang Tak Paham Agama

Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Ahmad Mustofa Bisri, mengaku bingung atas peredaran isu perihal persoalan-persoalan agama yang tersiar di media-media online. Tokoh Nahdlatul Ulama ini menyatakan ketika ini teknologi isu di media online dan media umum justru dikuasai oleh kelompok-kelompok yang tak memahami dan menguasai agama secara mendalam. "Itu Masya Allah. Jadinya kacau semua," kata Mustofa Bisri dalam pengajian dalam rangka ulang tahun unit aktivitas mahasiswa di Kampus III Fakultas Syari'ah Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang Gus Mus mencontohkan, begitu orang membuka mesin pencari di Internet menyerupai Google mengenai tanya jawab perihal aturan tertentu, maka yang pertama sekali muncul keluar justru dari orang-orang yang tidak jelas. Kata dia, berbagai situs-situs berisi agama Islam yang tidak memahami agama secara mendalam. "Dia tidak dunung (paham), tapi beliau menguasai IT (informasi dan teknologi)," kata Gus Mus. Di hadapan para dosen dan mahasiswa Fakultas Syariah UIN Walisongo Semarang, Gus Mus meminta semoga kalangan kampus ikut bergerak untuk menangani perkara tersebut. "Fakultas Syariah harus muncul di Internet. Biar yang lain hanya jadi bandingan saja," kata Gus Mus. Kampus harus memberi pemahaman kepada orang-orang yang tidak paham. Gus Mus juga merasa heran kenapa gerakan Islam radikal menyerupai kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) ada pengikutnya di Indonesia. "ISIS payu (terjual) di Indonesia itu keterlaluan," kata Gus Mus. Gus Mus juga heran munculnya orang-orang di televisi yang dengan praktis dilabeli ustad. Padahal, pemahaman agama mereka masih minim. Gus Mus berujar banyak orang yang ingin memalsukan Nabi Muhammad secara salah kaprah. Ia mencontohkan adanya kelompok di Islam yang merasa sudah menyerupai Nabi Muhammad ketika hanya menggunakan jubah, surban, dan berjenggot. Padahal, wajah dan perilakunya selalu murka ke orang lain. Bahkan, kata Gus Mus, mereka ini menyalahgunakan nama Yang Mahakuasa untuk melaksanakan kerusakan. Meski berjubah ingin memalsukan Nabi Muhammad, mereka justru mengkafirkan orang yang sudah Islam. Bukan menyerupai usaha para Walisongo yang mengislamkan orang yang belum Islam, Gus Mus menegaskan. Gus Mus beropini memalsukan Nabi Muhammad tidaklah dengan cara menggunakan jubah, surban, dan berjenggot. Sebab, kata Gus Mus, orang-orang Arab yang memusuhi Nabi Muhammad juga menggunakan surban dan jubah, menyerupai Abu Jahal. "Jika pakai jubah tapi wajahnya selalu marah, maka itu bukan mengikuti Muhammad, tapi mengikuti Abu Jahal," kata Gus Mus. Gus Mus menyatakan Nabi Muhammad menggunakan surban dan jubah sebagai pakaian budaya dan etika masyarakat Arab ketika itu. Itu sebabnya, Gus Mus mengaku juga selalu menggunakan pakaian etika lokal, menyerupai batik, sebagai wujud untuk mengikuti Nabi Muhammad. "Wajah selalu tersenyum dan ramah," kata Gus Mus. Sumber: nasional.tempo.co

Related Posts :