Memasuki tahun gres Islam atau menjelang awal bulan Muharram biasanya ada sekelompok kecil dari golongan minoritas di luar ahlussunnah wal jama’ah (aswaja) sering menyampaikan bahwa doa final tahun dan awal tahun Hijriyah yakni bid’ah yang tidak ada dalil tuntunannya. Kelompok kecil yang menyempal keluar dari dominan ahlussunnah wal jama’ah ini tiada henti-hentinya menuduh bid’ah terhadap amaliah ahlussunnah doa final tahun dan awal tahun Hijriah. Benarkah apa yang dituduhkan kelompok minoritas tersebut?
Untuk menjawabnya mari kita simak klarifikasi ilmiah berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits dari pakar dan pejuang ahlussunnah wal jama’ah Al-Mukarrom KH Muhammad Idrus Ramli Asy-Syafi’i yang juga Tim Pakar Aswaja NU Center yang diuraikan dalam bentuk diskusi tanya jawab. Hal ini penting diketahui biar umat Islam terhindar dari golongan di luar ahlussunnah wal jama’ah yang selalu berteriak menuduh bid’ah terhadap umat Islam ahlussunnah, tetapi bid’ahnya sendiri tidak diperhatikan.
MENJAWAB TUDUHAN BID’AH AMALIAH AHLUSSUNNAH DOA AKHIR TAHUN DAN AWAL TAHUN HIJRIAH
Pertanyaan: “Apakah doa final tahun dan awal tahun ada dalilnya?
Jawaban: “Ya terang ada dalilnya. Masak doa tidak ada dalilnya. Di dalam Al-Qur’an, Tuhan Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ (60)
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, pasti akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina”. (Qur’an Surat Ghafir: 60).
Ayat di atas memperlihatkan pesan biar kita selalu berdoa kepada Tuhan Subhanahu wa Ta’ala, dan Tuhan menjanjikan akan mengabulkan doa kita. Sedangkan orang yang sombong dari menyembahNya menyerupai tidak mau berdoa kepadaNya, diancam dimasukkan ke dalam neraka Jahanam. Perintah berdoa dalam ayat di atas bersifat mutlak dan umum. Karena itu berdoa pada final tahun dan awal tahun, masuk dalam keumuman perintah ayat tersebut.
Pertanyaan: “Tapi dalil khusus final tahun dan awal tahun kok tidak ada?”
Jawaban: “Ada, yaitu diqiyaskan dengan doa awal waktu dan final waktu. Misalnya doa pada awal bulan dan final bulan. Dalam kitab-kitab hadits diriwayatkan:
عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى الْهِلاَلَ قَالَ: ” اَللهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَاْلإِيْمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَاْلإِسْلاَمِ رَبِّيْ وَرَبُّكَ اللهُ ” رواه الدارمي والترمذي وقال: حديث حسن
Yang artinya: Dari Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila melihat hilal (bulan pada tanggal 1, 2 dan 3), maka ia berdoa: “Ya Allah, perlihatlah bulan ini kepada kami dengan kebahagiaan, keimanan, keselamatan dan keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu yakni Allah.” (Hadits Riwayat Imam al-Darimi [1730] dan al-Tirmidzi [3451]. Al-Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan”).
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى الْهِلاَلَ قَالَ : ” اَللهُ أَكْبَرْ ، اَللّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِاْلأَمْنِ وَاْلإِيْمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَاْلإِسْلاَمِ ، وَالتَّوْفِيْقِ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى ، رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللهُ “. رواه الدارمي
Yang artinya: Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila melihat hilal, maka berdoa: “Allah Maha Besar. Ya Allah, perlihatkanlah bulan ini kepada kami dengan keamanan, keimanan, keselamatan, keislaman dan sumbangan pada apa yang Engkau cintai dan Engkau ridhai. Tuhan kami dan Tuhanmu yakni Allah.” (Hadits Riwayat Imam al-Darimi [1729]).
عَنْ قَتَادَةَ ، أَنَّهُ بَلَغَهُ ، أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى الْهِلاَلَ قَالَ : ” هِلاَلُ خَيْرٍ وَرُشْدٍ ، هِلاَلُ خَيْرٍ وَرُشْدٍ ، هِلاَلُ خَيْرٍ وَرُشْدٍ ، آَمَنْتُ بِاللهِ الَّذِيْ خَلَقَكَ ” ، ثلاث مرات ، ثم يقول : ” اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ ذَهَبَ بِشَهْرِ كَذَا وَجَاءَ بِشَهْرِ كَذَا “. رواه ابو داود
Yang artinya: Dari Qatadah, bahwa telah hingga kepadanya, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila melihat hilal, maka berdoa: “Semoga bulan ini membawa kebaikan dan petunjuk. Semoga bulan ini membawa kebaikan dan petunjuk. Semoga bulan ini membawa kebaikan dan petunjuk. Aku beriman kepada Tuhan yang telah menciptakanmu.” Sebanyak tiga kali, kemudian berkata: “Segala puji bagi Tuhan yang telah membawa pergi bulan ini, dan tiba dengan bulan ini.” (Hadits Riwayat Imam Abu Dawud [5092]).
Hadits-hadits di atas memperlihatkan tawaran membaca doa pada awal bulan, sehabis perginya bulan sebelumnya. Doa final tahun dan awal tahun, dianjurkan juga, dengan diqiyaskan pada doa awal bulan di atas. Di sisi lain, dalam kitab-kitab hadits juga disebutkan doa-doa yang dianjurkan pada awal terbitnya Matahari dan sehabis terbenamnya Matahari, sebagaimana dijelaskan dalam kitab-kitab wacana doa dan dzikir, menyerupai kitab al-Adzkar karya al-Imam an-Nawawi dan semacamnya.
Pertanyaan: “Kalau dalil doa final tahun dan awal tahun tersebut didasarkan pada dalil qiyas, apakah hal ini sanggup dibenarkan?”
Jawaban: “Ya tentu sanggup dibenarkan. Qiyas dalam ibadah telah dilakukan oleh para ulama semenjak generasi salaf, para sahabat, andal hadits dan para imam madzhab, termasuk Imam Ahmad bin Hanbal, Imam al-Bukhari dan lain-lain. Bahkan Syaikh Ibnu Baz (ulama Wahabi bukan Salaf) juga banyak melaksanakan qiyas dalam pecahan ibadah, sebagaimana sanggup dibaca dalam sebagian fatwa-fatwa beliau.
Pertanyaan: “Apakah klarifikasi khasiat doa final tahun dan awal tahun tersebut sanggup dibenarkan?”
Jawaban: “Ya tentu saja sanggup dibenarkan. Khasiat ayat al-Qur’an, doa dan dzikir telah diakui oleh seluruh ulama. Syaikh Ibnu Qayyimil Jauziyyah (ulama Wahabi bukan Salaf), murid terkemuka Syaikh Ibnu Taimiyah (ulama referensi Wahabi bukan Salaf), panutan kaum Wahabi-(bukan-Salafi), berkata:
وَمِنَ الْمَعْلُوْمِ أَنَّ بَعْضَ الْكَلامِ لَهُ خَوَاصُّ وَمَنَافِعُ مُجَرَّبَةٌ فَمَا الظَّنُّ بِكَلامِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ الَّذِيْ فَضْلُهُ عَلَى كُلِّ كَلامٍ كَفَضْلِ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ الَّذِيْ هُوَ الشِّفَاءُ التَّامُّ وَالْعِصْمَةُ النَّافِعَةُ وَالنُّوْرُ الْهَادِيْ وَالرَّحْمَةُ العَامَّةُ الَّذِيْ لَوْ أُنْزِلَ عَلَى جَبَلٍ َتَصَدَّعَ مِنْ عَظَمَتِهِ وَجَلالَتِهِ قَالَ تَعَالَى وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ للمؤمنين [ الإسراء: 82 ] وَ مِنْ هَا هُنَا لِبَيَانِ الْجِنْسِ لاَ لِلتَّبْعِيْضِ هَذَا أَصَحُّ الْقَوْلَيْنِ. (ابن القيم، زاد المعاد في هدي خير العباد، 2/162).
Yang artinya: “Dan telah dimaklumi bahwa sebagian perkataan insan mempunyai sekian banyak khasiat dan aneka kemanfaatan yang sanggup dibuktikan. Apalagi ayat-ayat al-Qur’an selaku firman Allah, Tuhan semesta alam, yang keutamaannya atas semua perkataan sama dengan keutamaan Tuhan atas semua makhlukNya. Tentu saja, ayat-ayat al-Qur’an sanggup berfungsi sebagai penyembuh yang sempurna, pelindung yang bermanfaat dari segala marabahaya, cahaya yang memberi hidayah dan rahmat yang merata. Dan andaikan al-Qur’an itu diturunkan kepada gunung, pasti ia akan pecah alasannya keagungannya. Tuhan telah berfirman: “Dan kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Quran Surat al-Isra’: 82). Kata-kata “dari al-Qur’an”, dalam ayat ini untuk menjelaskan jenis, bukan bermakna sebagian berdasarkan pendapat yang paling benar. (Ibn al-Qayyim, Zad al-Ma’ad, 2/162).
Perhatikan, dalam pernyataan di atas, Syaikh Ibnu Qayyimil Jauziyyah (ulama Wahabi bukan Salaf) menjelaskan bahwa khasiat doa dan dzikir termasuk hal yang dimaklumi di kalangan umat Islam. Bagi yang tidak percaya dengan khasiat tersebut, tangisilah dirinya, dikarenakan telah menyimpang dari kemakluman yang diakui dalam agama.”
Pertanyaan: “Dari mana untuk mengetahui khasiat ayat al-Qur’an, doa dan dzikir?”
Jawaban: “Sebagian dari hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagian juga dari pengalaman orang-orang shaleh dan inspirasi yang diterima oleh para auliya atau orang-orang yang ma’rifat kepada Allah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh al-Hafizh as-Suyuthi dalam al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an.”
Pertanyaan: “Apakah kepercayaan terhadap khasiat yang diperoleh dari kaum para auliya dan orang-orang shaleh tidak merusak aqidah Islam.”
Jawaban: “Tidak merusak. Bahkan mempercayai khasiat yang diperoleh dari pengalaman dan inspirasi para auliya dan orang shaleh termasuk pecahan dari aqidah umat Islam. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Taimiyah (ulama referensi Wahabi bukan Salaf) dalam al-‘Aqidah al-Wasithiyyah.”
Pertanyaan: “Siapa dari kalangan ulama yang menganjurkan doa final tahun dan awal tahun?”
Jawaban: “Ya banyak sekali, terutama ulama Timur Tengah dan seluruh dunia. Bisa Anda baca dalam kitab Kanz al-Najah wa al-Surur fi al-Ad’iyah al-Ma’tsurah allati Tasyrahu al-Shudur, karya Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Qudus al-Makki al-Syafi’i, (1277-1335 H).”
Oleh: KH Muhammad Idrus Ramli Asy-Syafi’i, Pejuang Ahlussunnah wal Jama’ah/ Tim Pakar Aswaja NU Center Jawa Timur.