Seiring dengan berjalannya waktu, satu per satu harapan dapat diraih. One by one, harapan menjadi kenyataan. Keringat perjuangan pun terbayar sudah..
Saya masih ingat dengan quote yang pernah aku share di bbm, "terus berjuang memutus tali kemiskinan. Kemudian lihatlah ke bawah, semoga kita selalu bersyukur".
Makna dari kalimat tersebut ialah bahwa hidup memang perlu perjuangan. Jangan dengar kata orang. Jangan dengar hinaan orang lain, jangan dengar cibiran orang lain terhadap kita. Orang lain belum tentu mampu ngasih duit. Kitalah yang harus berjuang. Berjuang terus menuju perubahan. Perubahan hidup yang lebih baik. Perubahan rezeki. Lebih sejahtera. Lebih kaya. Lebih mapan. Lebih bermanfaat untuk orang lain.
Tapi.... setelah semua harapan tercapai, kekayaan sudah diraih, jangan lupa semoga selalu melihat ke bawah. Selalu melihat orang yang lebih rendah dari kita, semoga kita selalu bersyukur. Agar tidak lupa daratan. Tuhan SWT sangat mencintai hamba-Nya yang selalu bersyukur.
Sekali-kali lihatlah orang lain, yang barangkali hidupnya lebih susah. Ada yang harus pulang malam dan masih menggunakan seragam kerja. Pulang dengan kendaraan motor yang sudah tidak layak pakai. Apalagi jikalau diguyur hujan. Pulang malam, kehujanan, basah-basahan, dan besok pagi buta harus sudah berangkat lagi. Tapi mereka enjoy saja. Tidak neko-neko. Sementara Anda? Sudah punya mobil, yang kalau panas tidak kepanasan, yang kalu hujan tidak kehujanan. Bersyukurlah. Nasib Anda lebih baik dari orang lain.
Begitulah hidup. Harus banyak bersyukur saat kaya, harus tabah saat berjuang.
Mobil? Kekayaan? Apa yang harus dibanggakan?
Betul. Apanya yang harus dibanggakan. Jangankan gres hanya punya mobil, jikalau punya kekayaan berlimpah pun apa yang mesti dibanggakan. Apa yang mampu dibanggakan? Semua kekayaan itu milik Tuhan SWT. Kalaupun ada pada kita, itu hanya titipan. Titipan Yang Maha Kuasa. Titipan Yang Maha Kaya. Tugas kita hanya merawat titipan tersebut. Merawat dengan baik. Bukan untuk memiliki sesungguhnya. Bukan untuk memiliki selamanya.Suatu hari di kawasan steam mobil, aku pernah bertemu dengan orang yang sombongnya minta ampun. Mobilnya sih biasa-biasa saja, bahkan terendah di kelasnya. Tapi, pemiliknya itu sombongnya, Masya Allah. Cara jalan, cara duduk, berlagak kaya, seperti dunia dan segala isinya ialah miliknya. Seakan-akan mobilnya itu ialah kendaraan beroda empat paling mewah di dunia ini.
Pada lain waktu di kawasan yang sama, aku bertemu dengan orang yang ramah sekali. Sederhana. Low profile. Mau menyapa orang lain. Tidak ada rasa sombong. Padahal, kalau aku lihat mobilnya, wuidih keren. Mercy, bos. Mercedes Benz. Mercy yang paling keren dan terbaru.
Begitulah kenyataan hidup. Ada yang merasa kaya, merasa paling kaya, padahal belum kaya-kaya amat. Ada pula yang sudah terlampau kaya, tapi rendah hati dan tetap sederhana.
Saya tidak bermaksud menyinggung siapapun di sini. Saya hanya memberikan bahwa dunia dan segala isi-Nya hanyalah titipan Yang Maha Kaya. Harta, mobil, anak, istri, kekayaan, properti, ilmu, dan jabatan hanyalah titipan. Bukan milik kita. Tidak ada yang awet di dunia ini. Tidak ada rezeki abadi. Tidak ada kekayaan abadi. Tidak ada kesejahteraan abadi. Apalagi jabatan abadi. Yang Abadi hanyalah Tuhan SWT.