Karena Kesabaran Menghadapi Istrinya


Seorang yang saleh mempunyai saudara yang daerah tinggalnya sangat jauh , alasannya yaitu itu jarang sekali ia mampu mengunjunginya. Setelah beberapa tahun tidak bertemu , ia datang mengunjunginya. Tetapi tampak rumahnya tertutup , maka ia mengetuk pintunya dan mengucap salam. Terdengar bunyi ketus seorang wanita dari dalam rumah , yang mungkin istrinya , “Siapa??”

Ia berkata , “Aku saudara suamimu , datang dari jauh untuk menjenguknya!!”

Tanpa membukakan pintu , terdengar suaranya yang ketus lagi , “Ia masih pergi mencari kayu , semoga saja Tuhan tidak mengembalikannya lagi ke sini….”

Kemudian masih diteruskan dengan banyak sekali macam caci-maki kepada saudaranya itu. Ia hanya mampu geleng-geleng kepala mendengarnya. Ia tahu betul bahwa saudaranya itu juga saleh menyerupai dirinya , alasannya yaitu memang begitulah kedua orang tuanya dahulu mendidiknya. Segala macam umpatan dan cacian itu mungkin salah sasaran jikalau ditujukan kepada saudaranya itu.

Ia memutuskan untuk menunggu dan tidak berapa lama saudaranya itu datang. Saudaranya itu memang mencari kayu , tetapi ia tidak membawanya sendiri , seekor harimau yang cukup besar berjalan di belakangnya sambil ‘menggendong’ kayu tersebut. Setelah kayu diturunkan dari punggung sang harimau , saudaranya itu berkata , “Pergilah , semoga Tuhan memberkahi dirimu!!”

Harimau itu berlalu pergi dengan patuhnya , dan pemandangan itu membuatnya terkagum-kagum. Tampaknya saudaranya itu telah mencapai maqam yang cukup tinggi di sisi Tuhan , sampai mempunyai ‘karamah’ mampu memerintah binatang buas.

Saudaranya itu mengajaknya masuk , dan meminta dengan lemah lembut kepada istrinya untuk menyiapkan makanan bagi mereka. Sang istri memenuhi perintahnya dengan sikap yang bernafsu , dan mulutnya tidak henti-hentinya mengomel. Sebaliknya , ia melihat saudaranya itu hanya membisu dan terlihat sangat lapang , tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Sama sekali tidak ada sikap marah dan tersinggung dengan perkataan istrinya yang sangat menusuk perasaan , bahkan tampak sekali saudaranya itu nyaman dan bahagia dengan keadaaannya. Karena itu ia urung untuk menanyakan keadaan rumah tangganya , menyerupai keinginannya semula.

Dengan keadaan menyerupai itu , ia tidak ingin berlama-lama untuk tinggal. Ia pamit pulang , tetapi sepanjang perjalanan tidak habis-habisnya ia memikirkan keadaan saudaranya itu. Di satu sisi ia mempunyai ‘karamah’ yang begitu indah , tetapi di sisi lainnya , ia menghadapi sikap istrinya yang begitu buruk.

Beberapa tahun berlalu dan tidak bertemu , ia datang lagi mengunjungi saudaranya itu. Sampai di rumahnya yang tampak tertutup , ia mengetuk pintunya dan mengucap salam. Maka terdengar bunyi seorang wanita , yang mungkin yaitu istri saudaranya itu , “Siapa??”

Kali ini bunyi itu begitu lembut dan santun , sangat berlawanan bunyi wanita bertahun sebelumnya. Ia berkata , “Aku yaitu saudara suamimu , datang dari jauh untuk menjenguk keadaannya!!”

Suara santun wanita itu terdengar lagi , “Selamat datang , suamiku sedang mencari kayu di hutan. Silahkan untuk menunggu , tetapi mohon maaf gua tidak mampu membukakan pintu sampai suamiku pulang!!”

Ia berkata , “Tidak mengapa , semoga saja gua menunggu di luar!!”

Kemudian ia terlibat pembicaraan singkat lewat pintu yang tertutup , dan istri saudaranya itu memuji-muji kebaikan dan kesalehan suaminya itu setinggi langit , dan menyatakan rasa syukurnya alasannya yaitu mampu menjadi istrinya.

Tidak lama kemudian saudaranya itu datang , tetapi yang mengherankannya tidak ada harimau yang membawakan kayunya menyerupai dahulu. Ia memikul sendiri tumpukan kayu tersebut , tampak kelelahan dan keringat mengalir di wajahnya , tetapi masih dengan kelapangan dan rasa bahagia yang sama menyerupai bertahun sebelumnya. Mendengar suaranya itu , sang istri pribadi membuka pintu dan menyambut kedatangannya dengan santun dan hormatnya.

Saudaranya itu mengajaknya masuk , dan ternyata makanan telah terhidang , maka mereka pribadi menyantap makanan yang disediakan istrinya tersebut. Sambil makan ia berkata , “Wahai saudaraku , apakah yang terjadi? Apakah engkau telah kehilangan ‘karamah’mu yang dahulu?”

Masih dengan kelapangan hati dan pancaran rasa bahagia yang sama menyerupai bertahun sebelumnya , saudaranya itu berkata , “Wahai saudaraku , dahulu itu Tuhan SWT menunjukkan istri yang banyak cincong dan rendah akhlaknya kepadaku , dan gua tulus menerimanya. Karena kesabaranku menghadapinya , maka Tuhan mendatangkan harimau untuk membantuku. Beberapa bulan yang lalu istriku yang banyak cincong itu meninggal , dan semenjak itu pula harimau itu tidak membantuku lagi , dan gua harus memikul sendiri kayu-kayu itu. Namun demikian , Tuhan tetap menunjukkan ‘karamah’ lainnya kepadaku , yakni istri yang cantik dan masih muda , serta sangat baik akhlaknya dan tekun ibadahnya!!”

Dalam riwayat lain disebutkan , saudaranya yang saleh itu yaitu seorang berilmu besi. Ia mencari kayu untuk memperabukan besi-besi yang diolahnya. Ketika ia masih beristri yang banyak cincong dan ia bersabar atasnya , bukan hanya harimau yang membawakan kayunya , tetapi ia memegang besi yang dibakarnya pribadi dengan tangannya. Tetapi dikala Tuhan telah menggantinya dengan istri yang salehah , cantik , masih muda dan berakhlaqul karimah , ia harus memegang besi yang dibakarnya dengan penjepit , jikalau tidak tangannya akan melepuh.

Subhanallah...