Selayang Pandang Wacana Pelaku Dosa Besar


Ahli Maksiat Antara Ampunan dan Neraka!!
By . ust. Rusman, Lc

Allah subhanahu wata’ala ialah Dzat yang telah membuat seluruh makhluk di alam ini, termasuk manusia. kemudian melimpahkan rezeki kepada mereka dan tidak membiarkannya begitu saja, akan tetapi Tuhan subhanahu wata’ala menurunkan kitab serta  mengutus para rosul, maka barang siapa ta’at dan patuh kepada Rosul tersebut, maka ia akan masuk nirwana dan barang siapa mengingkari, bermaksiat serta tidak mematuhinya, maka akan masuk neraka.

Jadi nirwana ialah negeri yang penuh kenikmatan yang Tuhan siapkan bagi hamba-hamba yang bertakwa, adapun neraka ialah negeri yang penuh dengan siksaan yang Tuhan siapkan bagi hamba-hamba yang kufur kepada-Nya.
Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Tuhan serta menyombongkan diri terhadapnya tidak akan dibukakan pintu langit dan tidak akan masuk nirwana hingga ada onta masuk lobang jarum, artinya bahwa orang yang kafir terhadap Tuhan maka akan masuk neraka dan awet didalamnya.
Begitu juga orang-orang yang mensekutukan Allah, beribadah kepada selain-Nya, maka dosa syirik merupakan dosa besar yang tidak diampuni oleh Tuhan subhanahu wata’ala, kalaupun pelaku dosa syirik ini meninggal dalam kondisi belum bertaubat kepada-Nya, maka ia akan masuk neraka dan awet didalamnya, sebagimana Tuhan subhanahu wata’ala sebutkan dalam beberapa ayat Al Qur’an.
Adapun orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan subhanahu wata’ala, yang apabila melaksanakan dosa dan maksiat baik dosa kecil atau besar segera ingat kepada Tuhan serta bertaubat dan memohon ampun kepada-Nya, maka Tuhan subhanahu wata’ala menyiapkan bagi mereka nirwana yang luasnya seluas langit dan bumi, lantaran  Allah subhanahu wata’ala ialah Dzat yang maha pengampun lagi mendapatkan taubat, Tuhan subhanahu wata’ala akan mengampuni dosa-dosa orang yang bertaubat kepada-Nya.
Lalu bagaimana halnya dengan orang-orang yang beriman serta tidak mensekutuka-Nya dengan sesuatupun, namun ternyata ia meninggal dalam kondisi berdosa atau bermaksiat kepada-Nya serta belum sempat bertaubat kepada  Allah ? Termasuk golangan manakah orang tersebut? lantaran sanggup saja seseorang itu sedang berbuat dosa besar dan belum sempat bertaubat namun berakhir dengan dicabut nyawanya oleh malaikat, naudzu billah !!. padahal pelaku dosa besar harus bertaubat kepada Tuhan subhanahu wata’ala dengan taubat yang sebenar- benarnya sebelum janjkematian menjemput.
Ada beberapa fatwa golongan yang memandang eksekusi akhirat bagi seorang muslim yang melaksanakan dosa besar (seperti membunuh, berzina, khomer dll), yaitu apabila ia belum bertaubat kepada Tuhan subhanahu wata’ala:
1. khowarij, yaitu bahwa pelaku dosa besar maka ia didunia dihukumi sebagai seorang yang kafir, dan di alam abadi akan masuk neraka awet didalamnya.
2. Mu’tazilah, yaitu bahwa pelaku dosa besar maka ia berada pada sebuah manzilah baina manzilatain, didunia ia dihukumi berada diantara doktrin dan kafir dan nanti alam abadi akan masuk neraka awet didalamnya. Istilah mereka “ manzilatun baina manzilatain”
3. Murji’ah, mereka meyakini bahwa perbuatan dosa itu tidak kuat terhadap kwalitas doktrin seseorang, oleh lantaran itu apabila seorang muslim melaksanakan dosa besar maka ia dihukumi sebagai seorang mukmin yang imanya tetap tepat dan tidak berkurang sedikitpun, dan nanti diakhirat ia akan masuk surga.
Tiga pendapat diatas ialah pendapat yg keliru dan menyesatkan!!

4. Pendapat ulama ahlussunnah wal jamaah, yaitu bahwa kesempurnaan doktrin itu dipengaruhi oleh amal perbuatan seseorang. apabila seorang muslim melaksanakan dosa besar maka itu akan mengurangi kesempuranaan imannya, sebagaimana amalan keta’atan akan menambah kwalitas doktrin seseorang. Oleh lantaran itu pelaku dosa besar saat masih hidup didunia dihukumi sebagai seorang mukmin yang imannya kurang (mukmin naqisul iman) dan nanti diakhirat ia berada dibawah kehendak Tuhan subhanahu wata’ala ( tahta masyi-atillah ) sanggup saja Tuhan subhanahu wata’ala berkehendak untuk menyiksa ia sesuai dengan keadilan-Nya, atau Tuhan subhanahu wata’ala kemudian mengampuninya dengan rahmat-Nya, lantaran Tuhan subhanahu wata’ala maha adil, akan menunjukkan jawaban pada setiap perbuatan dosa namun disisi lain Tuhan subhanahu wata’ala ialah dzat yang maha luas rahmatnya. Allah subhanahu wata’ala berkuasa untuk melaksanakan salah satu diantara dua hal tersebut.

Dalam  Al Qur’an surat Annisa,  Allah Ta’ala telah memberikan bahwa tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni dosa-dosa selain syirik bagi yang dikehendaki. Oleh lantaran itu orang yang melaksanakan dosa besar, selama dosa tersebut tidak hingga kepada derajat mensekutukan Tuhan maka masih ada peluang untuk mendapatkan ampunan dari-Nya, jadi bila contohnya Tuhan Ta’ala akan menyiksa ia dengan memasukkanya kedalam neraka dengan alasannya ialah dosa besar tersebut maka ia tidak akan awet dineraka.
Dalam sebuah hadits qudsi Tuhan subhanahu wata’ala menyebutkan;
 ]يا ابن أدم لو آبيتني بقرب الأرض خطايا ثم لقيتني لا تشرك به شيئا لأتيتك بقربها مغفرة  [
Wahai anak adam sungguh seandainya engkau tiba menghadapku dengan membawa dosa sepenuh bumi, kemudian engkau tiba tanpa menyekutukan-Ku dengan sesuatupun. Sungguh Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula’.” (HR. Tirmidzi, dihasankan oleh Al Albani di Shohihul Jaami’)

Hal ini tentunya jangan menyebabkan kita lantas kemudian meremehkan dosa, namun kita tetap harus senantiasa takut dan berusaha menjauhkan diri dari setiap dosa baik dosa kecil lebih-lebih dosa besar, lantaran dosa-dosa tersebut niscaya mengurangi kesempurnaan doktrin dan tauhid seseorang.
Pelaku dosa besar yang masih mempunyai iman/tauhid akan keluar dari neraka, baik itu lantaran mendapatkan syafaat dari Rosulullah shallallah ‘alaihi wasalam atau dengan alasannya ialah keutamaan dan rahmat dari Tuhan subhanahu wata’ala. Karena diantara syafaat Rosulullah shallallah ‘alaihi wasalam ialah syafaat yang diberikan kepada pelaku dosa besar untuk keluar dari neraka, tentunya sehabis mendapatkan izin dan ridho dari Tuhan subhanahu wata’ala. Adapun faham khowarij dan mu’tazilah  : mereka mengingkari adanya syafaat tersebut.
Berkata imam Ahmad rohimahullah : “Dan sebenarnya Tuhan subhanahu wata’ala akan mengeluarkan sekelompok orang (kaum ) dari neraka lantaran mendapatkan syafa’at  Nabi Muhammad shallallah ‘alaihi wasalam “ (Thobaqotul hanabillah 1/344 )
Berkata imam Al-Ajury rohimahullah  : “ Ketahuilah semoga Tuhan melimpahkan rahmatNya kepada kalian, sebenarnya orang yang mengingkari adanya syafa’at menyangka bahwa barangsiapa yang masuk neraka tidak akan keluar dari padanya, dan ini ialah madzhab mu’tazilah, mereka mendustakanya….” ( Asy-Syari’ah karya imam Al-Aajury 331 )
Khowarij ialah kelompok yang pernah muncul dizaman kholifah Ali bin Abi Tholib, mereka mengkafirkan serta memberontak kepada kholifah Ali bin Abi Tholib, diantara pokok pemikiranya ialah gampang mengkafirkan pelaku dosa besar dan memberontak kepada pemerintah. Adapun mu’tazilah ialah kelompok yang pernah muncul di simpulan masa khilafah Umawiyah dan berlanjut dimasa khilafah ‘abassiyah, mereka senantiasa mengedepankan dan menyandarkan kepada logika semata didalam memahami problem aqidah atau problem keagamaan yang lain, diantara sebabnya ialah lantaran terpengaruh oleh pemikiran filsafat Yunani yang menuhankan akal.
Bersabda Rosulullah shallallah ‘alaihi wasalam :
] إن الله يخرج قوما من النار بالشفاعة [
"  Sesungguhnya Tuhan subhanahu wata’ala akan mengeluarkan sekelompok orang/kaum dari neraka dengan syafa’at “ HR Muslim  ; 191
Berkata Ibnu Katsir mengomentari hadits diatas : “ Dan sungguh telah diriwayatkan secara mutawatir hadits-hadits semakna dengan hadits ini, dan sungguh ilmu/pengetahuan perihal hal ini tersembunyi/tidak diketahui oleh orang khowarij dan mu’tazilah, maka mereka mengingkari hal tersebut lantaran kebodohan pada mereka terhadap shohihnya hadits-hadits tersebut, dan kesombongan terhadap orang yang mengilmui hal tersebut, dan terus menerus dalam bid’ahnya. “
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri bersabda Rosulullah shallallah ‘alaihi wasalam :
] يدجل أهل الجنة الجنة , وأهل النار النار ثم يقول الله تعالى : أخرجوا من كان في قلبه مثقال حبة من خردل من إيمان, فيخرجون منها قد اسودوا, فيلقون في نهر الحياء أو الحياة فينبتون كما تنبت الحبة في جانب السيل , ألم تر أنه تخرج صفراء ملتوية [
“ Setelah penghuni nirwana masuk surga, dan penghuni neraka masuk neraka, maka sehabis itu Tuhan subhanahu wata’ala berfirman : “ Keluarkan ( dari neraka ) orang-orang yang didalam hatinya terdapat seberat biji sawi iman, maka merekapun dikeluarkan dari neraka, hanya saja badan mereka sudah hitam legam bagaikan arang, kemudian mereka dimasukan kesungai kehidupan, maka badan mereka tumbuh (berubah ) sebagaimana tumbuhnya benih yang berada dipinggiran sungai. Tidakkah engkau perhatikan bahwa benih itu tumbuh berwarna kuning dan berlipat- lipat “  HR Al- Bukhori : 22

Ada sebagian orang yang memahami bahwa orang yang masuk neraka tidak akan keluar dari padanya apalagi masuk nirwana hingga ada onta masuk lobang jarum, berdalil dengan firman Tuhan surat Al-A’rof  ayat 40
¨bÎ) ] šúïÉ©9$# (#qç/¤x. $uZÏG»tƒ$t«Î/ (#rçŽy9õ3tFó$#ur $pk÷]tã Ÿw ßx­Gxÿè? öNçlm; Ü>ºuqö/r& Ïä!$uK¡¡9$# Ÿwur tbqè=äzôtƒ sp¨Yyfø9$# 4Ó®Lym ykÎ=tƒ ã@yJpgø:$# Îû ÉdOy ÅÞ$uσø:$# 4 šÏ9ºxŸ2ur ÌøgwU tûüÏB̍ôfßJø9$# ÇÍÉÈ   [
“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.
Artinya mereka mustahil masuk nirwana sebagaimana mustahil masuknya unta ke lubang jarum.
Maka kita katakan bahwa ayat tersebut berbicara perihal orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Tuhan dan menyombongkan diri terhadapnya, yaitu orang-orang kafir yang mereka akan masuk neraka, awet didalamnya, dan tidak akan keluar dari neraka untuk selama-lamanya, dan bukan bermakna bahwa setiap orang yang masuk neraka niscaya awet didalamnya.
Kesimpulanya ialah bahwa tidak setiap yang masuk neraka akan awet didalamnya, namun ada orang-orang yang masuk neraka dan kemudian akan dikeluarkan daripadanya serta kemudian masuk surga. dan syaratnya orang tersebut ialah orang yang mempunyai iman/tauhid kepada Tuhan dan tidak mensekutukan Tuhan dengan sesuatupun.
Inilah pemahamn yang benar, yang diwarisi secara turun temurun dari para ulama ahlussunah dari pendahulu mereka para shahabat dan Rosulullah shallallah ‘alaihi wasalam, dan bukan pemahaman yang berdasar kepada logika  dan perasaan semata.
Oleh lantaran itu dalam  mempelajari agama ini kita harus senantiasa merujuk kepada kitab-kitab para ulama yang ditulis dari sumber aslinya, dan bukan dengan gampang mencomot ayat atau hadits kemudian memahaminya sesuai dengan pemahaman logika masing-masing orang/individu ataupun kelompoknya.
waAllah a’lam bishowab.
Maroji’
1.     Fathul majid syarh kitab tauhid
2.     Syarh Aqidah Wasithiyah
3.     Syarh Aqidah Thohawiyah
4.     Aqidah Ahlussunah waljama’ah ‘ala dhou’ kitab wasunah


Sumber http://abu-riyadl.blogspot.com