Gus Mus; Dari Membatas-Batasi Sampai Guru

Gus Mus
Orang yang suka membatas-batasi umumnya pengetahuannya memang terbatas. Maksudku, orang yang membatasi santri hanya sebatas yang mondok di pesantren; misalnya, atau membatasi Islam hanya sebatas urusan fiqh; membatasi ibadah hanya sebatas salat, puasa, zakat, dan haji; membatasi rahmat Yang Mahakuasa hanya sebatas untuk dirinya dan kelompoknya; membatasi jihad sebatas perang bersenjata; atau ... Kalian sanggup memperpanjang dengan misal dan pola yang lain.
Mengenai GURU, juga banyak yang membatasi hanya sebatas mereka yang mengajar di sekolahan dan madrasah. Bahkan ada yang membatasi hanya sebatas mereka yang termasuk anggota PGRI.
Bagiku, guru sanggup siapa saja. Minimal untuk diriku sendiri, siapa saja sanggup menjadi guruku; asal ada sesuatu darinya yang sanggup saya GUgu (percaya dan ikuti ucapan-ucapannya) dan saya tiRU (contoh). Boleh jadi kalian, atau di antara kalian, belakang layar yakni guru-guruku dalam aneka macam hal dan bidang.
Nyatanya di Facebook ini saja, berapa banyak saya menerima pelajaran. Baik dari status maupun komentar-komentar atas status. Mulai pelajaran perihal resep masakan, perihal akik, perihal kesehatan, perihal obat-obatan tradisional, perihal adat-istiadat, sampai perihal kearifan dan pelajaran hidup.
Maka apabila hari ini saya mengucapkan selamat Hari Guru dan berterimakasih serta mendoakan kepada guru-guruku, itu artinya: termasuk untuk dan kepada kalian juga.
Selamat Hari Guru. Semoga semua guru senantiasa diberi rahmat dan berkah Allah. Dimudahkan hidupnya di dunia mau pun di alam abadi kelak. Amin.