Maria Ester Roman: Aku Menemukan Kedamaian Dalam Islam


Apa yang kualami ketika ini berawal ketika saya masih berusia 20 tahun. Saat itu saya masih menyandang status sebagai mahasiswi. Aku mendengar ihwal Islam dari beberapa temanku yang muslim.

Saat itulah pertama kali saya tahu , ada agama yang demikian. Karena rasa penasaran yang ada pada diriku , dan juga dikarenakan saya mulai mempertanyakan kebenaran agamaku , Kristen , saya mulai mempelajari Islam.

Aku mengajukan beberapa pertanyaan kepada temanku itu. Setiap pertanyaanku selalu berhasil mereka jawab. Semakin banyak yang kupelajari dan kuketahui , semakin bertambah pula keyakinanku akan kebenaran agama ini. Keputusan untuk memeluk agama ini pun datang begitu cepat , hanya dalam empat bulan saja. Namun hal itu tidak mudah.

Tentu tidak mudah mengganti identitas diri yang seumur hidup telah kupegang. Bukan alasannya ialah saya tidak mau , tapi alasannya ialah orang-orang telah mengenalku dengan identitas tersebut. Sulit bagiku untuk meyakinkan mereka bahwa cara pandangku , cara interaksiku (antara laki-laki dan perempuan , dll.) , penampilanku , dll. akan berubah secara total.

Aku telah menekuni dunia modeling semenjak masih sangat muda , ketika usiaku 14 tahun. Dan entah bagaimana , saya mencintai dunia tersebut. Aku suka jadi sentra perhatian , menyukai kompetisi , kegelamoran , dan tata rias. Dengan segala pencapaian dan kesuksesanku di bidang itu , entah mengapa saya merasa ada yang salah. Ada sesuatu yang hilang , tapi saya tidak bisa mengetahui dengan sempurna perasaan itu. Aku tidak mengetahui apa yang membuatku merasa hampa. Namun tidak lama kemudian saya sudah mencicipi ketenangan dan kedamaian dengan kondisiku sekarang ini sebagai seorang muslimah.

Memeluk Islam

Aku telah mempertimbangkan beberapa opsi untuk diriku. Aku ingat kala itu saya sedang mengenakan toga wisudaku , lalu saya berkata pada diriku sendiri “Apa yang akan kulakukan setelah ini?”

Lalu di hari berikutnya , saya mengunjungi temanku dan kucurahkan semua kegelisahanku kepadanya. Saat saya hendak pulang , ia menutup nasihatnya dengan mengatakan , “Jangan khawatir Maria , ingatlah apa yang telah engkau lalui dan kemana engkau akan menuju. Tuhan pasti akan membimbingmu dengan cahaya hidayah-Nya”.

Saat ia menyelesaikan kalimatnya , saya membuka pintu meninggalkan rumahnya. Saat kubuka pintu , sinar matahari yang begitu berpengaruh menerangiku. Aku mengartikan hal itu sebagai balasan dari kegelisahanku. Saat itu juga kuputuskan untuk memeluk Islam. Di daerah itu , ketika itu juga.

Reaksi Keluarga dan Teman

Sebagaimana prediksiku , kedua orang tuaku terkejut dengan apa yang telah terjadi padaku. Mereka tidak bisa memahami mengapa saya mengambil keputusan demikian. Namun mereka berusaha menenangkan diri untuk tidak berlebihan menyikapi hal itu.

Setelah beberapa tahun , jadinya orang tuaku mulai memahami dan mendapatkan kenyataan ihwal diriku. Ketika mereka memasak daging babi , maka ibuku mengembangkan menu khusus untukku. Ia juga selalu memberitahuku untuk mengenakan hijab di rumah , apabila ada tamu yang berkunjung.

Selain itu , aliran Islam juga membuatku semakin patuh kepada kedua orang tuaku. Aku mulai mengerti dan menghargai kerja keras mereka sebagai generasi pertama orang Puerto Rico yang hijrah ke Amerika.

Teman-temanku banyak yang membujukku untuk berubah pendirian dari Islam. Namun saya selalu memohon istiqomah kepada Allah. Dan Tuhan pun menolongku. Aku tidak menyesal dan –insya Allah- tidak pernah merasa menyesal dengan pilihanku ini.

Aku merasa muak dengan kehidupanku sebelumnya. Dan ketika ini , saya benar-benar telah menemukan kedamaian. Alhamdulillah , saya memiliki kesempatan dan saya telah memilih dan memanfaatkan kesempatan tersebut.

Islam membuatku menjadi langsung yang rendah hati. Aku merasa lebih sederhan dan kesucianku lebih terjaga.

(fath/kisahmuslim.com/arrahmah.com/1001-Kisah Islami.com)